Toko raksasa global pertama yang membuka gerai Sportike Nike Inc di Shanghai bertujuan untuk menarik konsumen Cina muda yang cerdas digital dengan integrasi digital, inovasi, dan layanan yang dipersonalisasi.

Toko lintas kategori, yang terletak di Nanjing East Road di pusat kota Shanghai, dijuluki “Rumah Inovasi”, adalah toko setinggi empat lantai, 3.822 meter persegi.

Toko utama berikutnya dalam skala seperti itu akan dibuka pada bulan November di 5th Avenue di New York.

Nike Store di Shanghai menampilkan koleksi lokal terbaru yang bertema elemen Shanghai, yang terkait dengan Shanghai Marathon yang akan datang pada bulan November.

“Pasar ini berkembang sangat cepat sehingga kami benar-benar ingin memastikan kami mendengarkan konsumen ini,” kata Dennis Van Oossanen, wakil presiden dan manajer umum Nike Direct China. “Kami akan terus berevolusi dengan berbagai elemen yang menghubungkan toko ke konsumen lokal.”

Oossanen mengatakan toko itu mewakili ekspresi transformasi digital Nike. Toko ini dilengkapi dengan sesi ahli olahraga yang bisa dihubungi melalui ponsel dan satu-satu di mana para anggota dapat mencoba pakaian olahraga dan produk yang dipersonalisasi untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Integrasi online-dan-offline adalah kunci dalam pengalaman ritel toko. Program Mini WeChat Nike adalah bagian dari sistem eco Nike. Anggota Nike akan dapat memesan layanan di toko melalui program mini Nike.

“The House of Innovation” diatur untuk mendorong strategi langsung konsumen kami karena menyediakan yang terbaik yang ditawarkan merek Nike melalui integrasi ritel digital dan fisik, “kata Angela Dong, wakil presiden Nike Inc dan manajer umum Nike China. Anggota Nike akan memiliki akses ke produknya yang disesuaikan melalui pemesanan online atau pemesanan di dalam toko.

Pertumbuhan pendapatan Nike di China melonjak 21 persen pada fiskal 2018 menjadi $ 5,13 miliar, menyumbang 14 persen dari total penjualan Nike secara global. Nike China telah mengirimkan 17 kuartal pertumbuhan pendapatan dua digit berturut-turut di negara ini. Pada kuartal pertama tahun fiskal 2019, pertumbuhan di Cina adalah 20 persen.

Adam Zhang, pendiri agensi pemasaran dan konsultasi olahraga-Solusi, mengatakan merek-merek pakaian olahraga internasional telah menemukan pasar Cina memainkan peran yang semakin signifikan di pasar global mereka, di tengah perlambatan di pasar tradisional mereka.

Pesatnya perkembangan industri pakaian olahraga telah mendapat manfaat dari peningkatan konsumsi oleh meningkatnya jumlah konsumen berpendapatan menengah di China, katanya.

Bagaimana Nike di Indonesia?

Dilansir dari laman CNN Indonesia, rantai pasokan global Nike saat ini terdiri dari 42 negara, termasuk Indonesia. Mereka mengaku telah mengurangi jumlah pabrik kontrak dan memilih berinvestasi pada pemasok yang dinilai dapat tumbuh secara jangka panjang dengan perusahaan.

“Melalui proses ini, kami mengurangi rantai pasokan global kami dari 785 pabrik kontrak di tahun fiskal 2013 menjadi 542,” terang mereka.

Strategi bisnis ini diakui berdampak pada negara mereka mengambil produk, termasuk Indonesia, Kendati demikian, hal tersebut dinilai tak mewakili pergeseran komitmen mereka terhadap negara-negara tersebut. Pabrik-pabrik kontrak mereka terdaftar secara publik di Peta Manufaktur Nike, yang diperbarui setiap kuartal.

Perusahaan tersebut mengaku peka terhadap potensi dampak Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas keputusan yang diambil mereka. Nike pun mengaku telah memberikan pemberitahuan dini dan jadwal yang jelas sehingga pemasok berpeluang menemukan pembeli baru.

“Jika pemasok akhirnya memutuskan untuk mengurangi tenaga kerja mereka, kami mengharuskan mereka memenuhi kewajiban mereka kepada pekerja sesuai dengan hukum negara, kode etik Nike,” tandasnya.

Pengurus Serikat Buruh Garmen, Tekstil dan Sepatu Johan Manurung mengatakan pemutusan kontrak tersebut pasti akan berdampak ke buruh. Masalah itu juga berpotensi membuat pabrik tutup.

Ancaman tutup terutama dihadapi oleh pemasok garmen Nike. Sementara itu, untuk sepatu, pemutusan kontrak kemungkinan besar tidak dilakukan karena memang pesanannya masih banyak.

“Kalau data belum valid. Kami baru dapat info memang ada yang tutup, seperti pemasok yang di Cikupa, Tangerang,” katanya.

Ref: chinadaily.com / cnnindonesia.com