Saya berharap judul tidak menakut-nakuti Anda karena ini adalah topik yang tidak benar-benar penting. Saya pikir definisi yang disebut oleh Eschooltoday cukup bagus: “Sebuah ekosistem mencakup semua makhluk hidup di daerah tertentu, berinteraksi satu sama lain, dan juga dengan lingkungan mereka” Pada dasarnya, itu adalah seluruh lingkungan di sekitar Anda dan bagaimana segala sesuatu bekerja bersama-sama untuk menjadi simbiosis sehingga setiap organisme dapat tumbuh subur. Sayangnya, EGOsystem hampir sebaliknya. Ini adalah seluruh lingkungan yang dirancang untuk melayani satu organisme dan memastikan bahwa organisme tunggal berkembang. Meskipun – organisme lain juga dapat berkembang atau meningkatkan untuk waktu singkat tapi itu merupakan produk bukan fungsi.

Kita pasti sudah mengenal yang namanya Ekosistem. Pengertian ekosistem didapatkan dari pelajaran IPA pada saat masih duduk di Sekolah Dasar.

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi yang terbentuk oleh hubungan timbal balik tak terpisahkan antara makhluk hidup dengan lingkungannya. Ekosistem bisa dikatakan juga suatu tatanan kesatuan secara utuh dan menyeluruh antara segenap unsur lingkungan hidup yang saling memengaruhi (wikipedia)

ekosistem

Sementara Egosistem bukan istilah resmi, ini hanya karangan saya saja hehe. Egosistem juga mempunyai ruang lingkup seperti ekosistem, hanya saja egosistem lebih fokus kepada pola, tingkah laku / attitude, dan sifat egois yang saling terhubung satu-sama lainnya.

Disinilah letak egoisme modern berada :

egosistem

Facebook

Siapa yang belum punya facebook, hampir sebagian pengguna internet di Indonesia sudah pernah bahkan masih menggunakannya sampai saat ini. Facebook merupakan salah satu media sosial yang paling popular di indonesia. Egosistem didalmnya mulai dari profesor ber IQ tinggi sampai pada pengguna yang tinggal di pelosok desa yang tidak terdeteksi google map.

Sosial media bukanlah buku diary, namun sisi egois seseorang muncul untuk menulis update status yang isinya sebuah curhatan, galau, dan kata-kata yang seharusnya tidak dibaca orang lain secara publik. Egosistem disini juga sangat kompleks, bahkan facebook bisa lebih ramai daripada pasar kaget karena isinya banyak scammer, spammer, junk dan berbagai jenis lainnya untuk mencapai tujuan bisnisnya.

Satu hal yang paling signifikan pada facebook adalah ingin menunjukkan ‘this is me’. Ya facebook adalah tempat egosistem no.1 di Indonesia. Baca juga : Bahaya Asal Posting di Facebook

Twitter

Anak muda banget, terpelajar. Begitulah gambaran sosial media yang satu ini. Twitter sedikit berbeda dengan facebook sebagai situs media sosial, mereka pengguna Twitter terkadang merasa ogah menggunakan facebook karena sudah berada di kasta yang lebih tinggi derajatnya. “hari gini masih facebookan!!!”

Youtube

Semakin banyak selebriti instant di Indonesia, salah satunya dengan mengupload video di Youtube. Dengan sedikit keunikan yang dimiliki, tak sedikit yang melejit namanya ke publik dan mulai memiliki fans.

Selain itu masih banyak tempat seperti path, pinterest, google plus, instagram dlsb dimana setiap orang bisa menulis apa saja yang mereka suka dengan egoisme yang mereka miliki

Tidak ada yang melarang untuk meng-update apapun yang ia mau. Akan tetapi, semakin modern bukannya makin sadar kalau sosial media ini bisa dilihat publik secara luas, bahkan pernah juga orang yang mem-posting pemikiran yang menghina dan merendahkan orang atau lembaga lain.

Contoh buruk juga sering sekali dilakukan oleh beberapa selebriti terkenal Indonesia yang mukannya sering nongol di televisi, tak perlu dijelaskan lagi kalian pasti tau. Seharusnya mereka sebagai publik figur bisa dijadikan sebagai contoh yang baik. Namun apa daya, tabiat orang Indonesia yang gampang banget terprovokasi, semua yang hangat menjadi memanas.

Dalam Egosistem ini, rajanya adalah siapa yang merasa terbantukan oleh sosial media. Sementara posisi paling bawah adalah mereka yang menjadi korban bullying.