Tak bisa dipungkiri bahwa telepon seluler sekarang menjadi salah satu kebutuhan utama setiap individu untuk mendukung pekerjaan dan komunikasi. Akan tetapi, apakah anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar juga perlu memiliki handphone sendiri?
Masih pro dan kontra.
Namun dari beberapa referensi dan realitas sosial yang mediamuda.com himpun, kami menuliskan uraian berikut;
Ketika si kecil, misalnya berulang tahun, tak sedikit dari mereka meminta orang tua untuk membelikan smartphone. Si anak beralasan, mulai dari fungsi utama sebagai alat komunikasi baik panggilan telepon dan pesan singkat, smartphone memiliki ketersedian banyak aplikasi untuk mendukung belajar mereka, serta game yang tertanam didalamnya merupakan hiburan tersendiri.
Itu merupakan hak anak, orang tua tak perlu khawatir berlebihan, asalkan menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak itu sendiri. Pikiran orang tua juga harus terbuka, karena kita sekarang berada di era modern serba teknologi yang sangat berbeda dengan satu dekade terakhir. Orang tua perlu mencontohkan anak dalam menggunakan smartphone, tablet maupun laptop.
Jadi, bolehkan anak SD punya handphone sendiri?
Kami belum berani berpendapat boleh atau tidak. Tapi kalau anak sudah rewel, apa boleh buat, asalkan dengan beberapa pertimbangan penting berikut ini.
Lebih baik bermain dengan ponsel sendiri daripada milik teman
Dulu, memang Kak Seto melarang anak menggunakan hp. Tapi sekarang rasanya sangat sulit membendung keinginan anak. Diberbagai tempat, anak melihat hp. Misalnya ketika menonton televisi, terdapat iklan ponsel, atau ketika jalan-jalan melihat sebuah billboard atau papan reklame sebuah merek ponsel. Secara naluri, dengan apa yang dilihat, rasa keinginan untuk memiliki semakin kuat. Terlebih, teman-teman si anak juga sudah memiliki.
Jika si anak sudah ngotot minta beli handphone, dan tidak juga dituruti, si anak justru akan lebih penasaran dengan smartphone atau tablet tadi. Berbagai cara mereka lakukan untuk bisa memainkan smartphone, entah meminjam milik temannya, atau meminjam ponsel milik orang dewasa.
Ketika ia bermain menggunakan ponsel orang lain, ini akan sulit dikontrol, konten apa saja yang ia buka. Seandainya anak membuka konten kekerasan dan konten orang dewasa, orang tua tidak mengetahui apa yang telah mempengaruhi pikiran sang anak. Sedangkan dengan ponsel sendiri, orang tua akan lebih sigap dan langsung berkomunikasi dengan anak jika ada yang salah dalam menggunakannya. Bimbingan orang sangat diperlukan sambil memantau apa saja yang dilakukan sang anak.
Jadi saat orang tua mulai mengajak anak ke konter dan memilih hp yang ia inginkan, buat dulu kesepakatan. Kapan boleh bermain hp, dan kapan waktunya untuk menyimpannya. Dan jangan pernah meletakkan ponsel di kamar anak sebelum ia tidur, usahakan simpan di tempat orang tua.
Orang tua juga jangan gaptek
Jaman sekarang, orang tua juga harus melek teknologi. Jika sang anak mengikuti perkembagan dunia lewat teman-temannya dan teknologi yang semakin canggih, orang tua harus mempelajari beberapa fungsi smartphone.
Misalnya, ketika anak menggunakan internet, filter konten dewasa agar tidak bisa diakses. Penggunaan internet juga harus dibatasi, dan gunakan secara default situs pencarian menggunakan Kiddle. Hapus beberapa aplikasi yang tidak semestinya dimainkan anak. Setidaknya, orang tua tahu apa saja yang dibuka si anak dengan melihat ‘history’. Jika sang anak baik sengaja atau tidak, segera bimbing dengan baik.
Amati teman-temannya
Melarang anak untuk bergaul sama saja membatasi jiwa sosial mereka. Tapi, membebaskan anak untuk bergaul dengan sembarang teman, tak menjamin. Dan inilah tugas berat orang tua yang kelihatannya sepele.
Orang tua seharusnya bisa memahami setiap karakter teman-teman dan anak sendiri. Tak masalah jika si anak memiliki sifat dominan, artinya anak tidak mudah terbawa arus, justru ia yang menjadi ‘leader’ dalam pertemanan. Jika orang tua mengajarkan anak dengan baik, ini akan menjadi nilai plus untuk anak dan orang tua dimata teman-teman anak dan keluarga mereka.
Contohnya, ketika bermain gadget bersama teman di taman, ketika salah satu teman menunjukkan film terbaru, padahal khusus untuk dewasa, maka si anak yang dominan dan telah mendapat bimbingan dari orang tua akan menyuruh temannya untuk menghapus konten tersebut, kemudian membagikan film yang memang ditujukan untuk anak-anak.
Namun jika karakter anak yang sering ‘mengalah’ kepada temannya, perlu perhatian yang lebih ketat.
Hapus aplikasi facebook, twitter atau sosial media lainnya
Hampir semua sosial media ditunjukkan untuk remaja dan dewasa. Facebook sendiri telah memiliki kebijakan pemakai diatas usia 13 tahun. Jadi anak SD tidak sepantasnya membuka sosial media tersebut. Terlebih, banyak sekali oknum yang memanfaatkan celah facebook, twitter, instagram dll untuk melancarkan bisnis mereka dengan membuat gambar yang tidak layak dipublish.
Sebagai gantinya, pasang aplikasi seperti pemainan edukasi supaya anak lebih kreatif.
Harga smartphone relatif
Harga smartphone itu murah, bagi yang punya banyak duit. Tapi untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari saja masih berat, harga smartphone terbilang mahal. Seandainya belum bisa membelikan untuk anak, terpaksa gunakan ponsel milik sendiri atau alihkan keinginan anak dengan hiburan lainnya.
Kami juga menyempatkan untuk mebahas ini saat selesai tarawih tadarus, salah seorang ustadz mengatakan : “Bukan salah anak yang minta barang-barang aneh, tapi jamanlah yang sudah ‘edan’, jadi pandai-pandailah tua untuk mengontrol anak supaya tidak terbawa arus.”
Jadi kesimpulannya adalah, perhatian orang tua dan menanamkan rasa tanggung jawab kepada anak, itu yang paling penting.