Berbeda dengan kebanyakan penggemar kopi lainnya yang suka dengan kopi luar negeri, seorang wanita bernana Rakhma Sinseria justru penggila kopi dari seluruh penjuru Indonesia.

Dalam dunia bisnis, tidak ada kata pasti. Ria yang saat ini sukses dengan PT Coffee Toffee dengan slogan “YES I DRINK INDONESIAN COFFEE” ini sempat jatuh bangun mendirikan bisnisnya sampai saat ini. Dan bahkan ia pernah berpikir untuk menutup bisnisnya karena tak sanggup membayar karyawannya.

Ria menambahkan “Ibarat ABG, waktu itu kami seperti sedang mencari jati diri,” Namun dibalik semua itu, ia sangat beruntung menemukan suami yang mempunyai idealis yang sama.

Kesalahan pertama, diakuinya, terletak pada konsep yang kurang matang. Padahal, ia sangat percaya bisnis ini pasti berhasil. Belakangan, disadarinya bahwa ia kurang tajam membidik calon konsumen yang mana. Apalagi, karakter gerainya sendiri juga belum jelas, apakah gerai take away, atau gerai yang dilengkapi tempat duduk.

Ria meyakini, tak ada yang salah dengan kopi Indonesia. Itulah yang membuatnya bertahan. Karena tak punya rencana cadangan, perlu waktu cukup lama bagi Ria untuk bisa merangkak lagi. Ia mengevaluasi segala kesalahan dan segera memperbaikinya. Konsep, menu, harga, dan warna diubahnya. Semua masukan ia terima. Misalnya, tentang desain logo pada gelas yang awalnya kurang bagus, kemudian ia percantik. Ria juga menambahkan makanan pada menu.

Bagi Ria, ilmu matematika yang menyatakan bahwa setengah ditambah setengah sama dengan satu, tidak berlaku dalam kehidupan berwirausaha. Setengah waktu yang ia habiskan untuk mengurus bisnis, ditambah setengah waktu untuk bekerja di perusahaan orang, tidak sama dengan target yang ingin ia capai. “Yang terjadi saat itu: keduanya tidak memenuhi target, sehingga saya harus segera memutuskan untuk menjalani yang mana,” kata Ria, yang akhirnya memilih keluar dari perusahaan dan mencurahkan seluruh waktunya untuk Coffee Toffee.

coffee toffee

Ide Awal

Pada tahun 2004, Odi Anindito (pendiri Coffee Toffee dan suami Ria) mempunyai kesempatan untuk melanjutkan pendidikan di Melbourne, Australia tepatnya di Swinburne University. Sembari kuliah, beliau bekerja parttime di salah satu lokal coffee shop Melbourne. Di tempat inilah, beliau belajar mengenai dunia kopi serta baru mengetahui bahwa Indonesia adalah termasuk tiga negara penghasil kopi terbesar dunia.
Dengan banyaknya brand-brand kedai kopi besar asal luar negeri, adalah sebuah ironi bahwa Indonesia salah satu penghasil kopi terbesar dunia harus membeli minuman-minuman kopi dengan harga yang berlipat-lipat. Adanya fenomena ini membuat, Odi merasa bahwa harus ada kedai kopi yang mampu menyuguhkan produk-produk berkualitas dengan harga yang terjangkau, serta bahwa semaksimal mungkin menggunakan produk produk lokal. Odi merasa bahwa sebagai bangsa Indonesia kita mampu dan harus bangga terhadap produk negeri sendiri.
Karena mereka menyebut bisnis Coffee Toffee sebagai bisnis “idealisme dalam romantisme (dunia kopi)”