Utang, urusannya ribet. Terkadang niat kita pengen membantu teman yang kesusahan, tapi ujung-ujungnya malah bikin jengkel nggak karuan. Ketika teman yang meminjam uang tadi tidak tahu diri dan tidak mau mengembalikan, maka habislah sudah.

nagih utang

Salah satu contoh dari beberapa masalah utang piutang :

Saya pernah didatangi seorang teman. Sebut saja Paijo. Dia dateng bawa anaknya, muka memelas. Minjem duit ke saya, jumlahnya nggak banyak sih, cuman ratusan ribu. Nggak tahu mau buat apa, namanya juga orang berumah tangga, pasti kebutuhan banyak. Sebelum saya kasih, dia sempat berjanji 1 minggu kedepan langsung mau dibalikin. Oke lah, saya percaya.

Namun beberapa hari berikutnya, saya perhatikan Paijo baru beli hp baru. Owh, ternyata buat ini toh! Tapi saya nggak peduli, niat saya cuman minjemin uang.

Dan tiba di hari yang dijanjingan. Saya coba tagih janji, sekaligus tagih duit. Telepon pertama, dia angkat, jawabannya “ntar sore”

Namun ketika sore, tak kunjung ada kabar. Telepon lagi, hpnya udah nggak aktif. Duh!

Dan sampai sekarang, Paijo seperti amnesia, lupa ingatan. Bener-bener nggak tahu diri. Mau tak mau, saya ikhlaskan.

Manusia sebagai makhluk sosial memang tak bisa lepas dari urusan utang-piutang. Berniat membantu orang lain yang sedang kesusahan sangat dianjurkan. Dan yang sering dirasakan adalah segan. Berbeda dengan rentenir, mereka memang meminjamkan uang ke orang dengan bunga keuntungan sebagai bisnis. Kali ini, tidak ada urusan dengan mereka.

Untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan saat ada teman yang mau minjem uang, perlu beberapa pertimbangan berikut :

  • Niat dengan ikhlas. Niatnya memang membantu, jika uang yang kita pinjamkan tidak kembali, maka yasudahlah, kalau balik ya syukur, berarti orang yang minjam punya kesadaran. Jadi dengan niat yang ikhlas, Insya Allah ada gantinya kalau nggak dikembalikan, hati ini nggak akan ‘nggrundel’
  • Untuk nominal besar (relatif ya) usahakan minta jaminan, kecuali dengan orang yang sudah sangat dekat. Contohnya, teman minjam 1 juta, maka smartphone bisa jadikan jaminan. Atau 5 Juta, motor bisa jadi jaminan. Jaminan itu sangat penting, karena membuat orang menjadi lebih berusaha untuk mengembalikan uang. Atau bisa juga lewat ‘hitam diatas putih’ karena ada payung hukum.
  • Sebelum memutuskan, dilihat dulu seperti apa orang yang meminjam. Zaman sekarang ini serba kebalik. Dalam urusan utang-piutang pun juga. Seakan-akan yang disalahkan adalah orang yang memberi utang, “kenapa mau-maunya minjemin”. Jadi sebelum memberikan pinjaman ke temen, pertimbangkan dulu dengan matang. Pantaskah orang tersebut mendapatkan utang?