Umurnya sudah tidak muda lagi, terlihat kulit Mariana yang mulai keriput dan rambutnya yang sudah berwarna putih. Semangat yang dimiliki wanita bernama lengkap Mariana Hibopulandan ini tetap kuat, ia menawarkan batik motif Papua kepada pengunjung pada pameran yang diselenggarakan oleh Bank Indonesia pada 26-27 Agustus 2016.
Seperti dilansir dari laman Bisniscom, Mariana memiliki usaha kecil batik tulis dengan motif asli yang dibuatnya dan diproduksi melalui guratan tangan mama-mama lainnya. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) seperti miliknya tengah menjadi sorotan pemerintah sebagai potensi untuk menaikkan pertumbuhan ekonomi.
Namun, usaha Mariana bukan tanpa kendala. Lokasi usahanya yang berada di Sentani, Jayapura itu mengharuskannya mengambil bahan kain, pewarna, dan peralatan dari Jawa. Itu saja sudah memakan biaya Rp40 juta. Sementara, usahanya masih mengandalkan pesanan dari konsumen dan belum mampu diekspor ke pulau atau negara lain.
Belum lagi saingan batik serupa tapi berasal dari Jawa. Batik-batik asal Jawa dengan motif Papua dan diproduksi massal itu jelas memiliki harga lebih murah dan kualitas lebih bagus. Lantas, dia tak bisa menjual batik-batiknya dengan harga mahal.
“Rp75.000 untuk satu meter. Untung tipis, orang Papua rasa macam terlalu mahal. Di Papua banyak batik printing, mereka jual di sana murah,” katanya.
Berawal dari pelatihan oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan setempat, dia memberanikan diri untuk merilis usahanya dengan sisa bahan dari pelatihan. Kemudian, bank daerah dan bank milik pemerintah membantu kegiatannya melalui kredit.
Mariana juga pernah mengalami kerugian guna memenuhi permintaan dari Sorong dan Timika. Dia tak bisa membebankan biaya pengiriman pesawat ke konsumen. Alasannya tak lain dia tidak ingin kehilangan pembeli karena banyak saingannya yang berusaha meniru motif batiknya.
“Hampir seluruh Papua pesan, tapi kami rugi dua kali. Macam pesan dari Sorong, kami harus selesaikan kirim lagi ke Sorong, biaya juga. Kirim ke Timika juga dengan pesawat,” ucapnya.
Pameran dibuka oleh Umi Mufidah Jusuf Kalla. Mengangkat tema ‘Warisan’ (Wasiat Agung Negeri Nusantara) karena mengandung makna yang mendalam. Batik sebagai produk seni budaya peninggalan leluhur merupakan legacy of nation dan identitas bangsa yang harus dilestarikan bersama.