Korupsi tak henti-hentinya menggerogoti anggaran negara ini. Mulai dari pengadaan daging sapi, proyek, bahkan sampai berani mengakali pengadaan kitab suci adalah contoh buruk pejabat tinggi negara. Dan apakah korupsi hanya dilakukan oleh mereka saja? Jawabannya tidak, bahkan kroco-kroco semacam pengelola program pemerintah yang ada di pelosok desa melakukan hal serupa.
Peristiwa ini tidak hanya sekedar info dari seseorang atau berita di media, namun saya mengetahui langsung dengan mata kepala saya sendiri. Program pengadaan internet masuk desa atas nama lembaga pertanian untuk memajukan para petani di desa-desa yang diadakan pemerintah adalah makanan empuk bagi orang-orang yang telibat di dalamnya.
Mungkin awalnya ada segelintir orang yang melakukan mark-up atau mengambil keuntungan yang tidak wajar. Namun lama-kelamaan korupsi itu menular sampai anggota paling bawah sekalipun. Untuk menjadi seorang yang bersih, disitu justru malah ditertawakan dalam arti orang yang benar-benar bersih dianggap sebagai orang ‘sok suci’
Sedikit cerita yang saya sampaikan yang bermula berdirinya lembaga sebut saja penyuluhan pertanian berbasis internet. Untuk semua peralatan dan penyelenggaraan hanya ditaksir sekitar 80 jutaan saja. Saya terkejut ketika mengetahui bahwa anggaran yang tersedia adalah jauh lebih banyak. Lalu kemana dana tersebut?
Setahun kemudian, fungsi lembaga tersebut sudah berubah. Yang tadinya sebagai penyuluhan gratis untuk petani dan perpustakaan telah mubazir. Para pembimbing pun hanya beberapa kali saja melakukan penyuluhan dalam waktu satu tahun bisa dihitung dengan jari sebelah tangan. Maka pengelola yang posisinya paling bawah pun memutar otak untuk menghidupi dirinya yang notabene nya bukan pegawai dinas. Alhasil jadilah lembaga tersebut menjadi warnet.
Tak lama kemudian terbongkar sudah bahwa aliran dana dari pemerintah pusat tidak sampai untuk biaya perawatan dan pengelolaan. Lembaga tersebut akhirnya bubar. Namun sampai saat ini barang-barang milik pemerintah dipakai secara pribadi oleh oknum yang terlibat didalamnya.
Demikian sedikit cerita pengalaman yang saya bahwa tidak hanya di lembaga tinggi negara saja yang melakukan korupsi, namun sampai ke pelosok desa pun banyak oknum yang melakukan hal tersebut.