bahan pengganti beton

J.R. DeShazo (kiri) dan Gaurav Sant memperlihatkan bahan bangunan baru yang mereka ciptakan sebagai langkah pengganti beton (Foto: Roberto Gudino/UCL).

Temanpintar.com – Beton menjadi salah satu bahan bangunan yang masih di gunakan sampai saat ini, beton dipakai untuk jalan, pondasi pada bangunan, jembatan, dan tentunya gedung.

Permintaan beton memang masih cukup tinggi dalam hal pembangunan, namun dalam proses pengolahannya bahan tersebut menjadi salah satu contributor terbesar emisi gas gaca.

Untuk menanggapi hal tersebut, para peneliti dari multidisplin di Universitas California Los Angles (UCLA) telah membuat solusi yang bisa dibilang cukup unik, ini dapat mebantu untuk mengurangi sumber penyebab gas rumah kaca.

Seperti yang dikutip dari science Daily pada bulan maret kemarin, mereka telah menciptakan suatu closed loop atau jaringan tertutup. Cara kerjanya ini dengan menangkap karbon dioksida dari cerobong-cerobong asap pembangkit listrik dan menggunakannya untuk membuat beton yang dalam pembuatannya menggunakan teknologi 3D printer.

“Teknologi ini mengambil sesuatu yang kita anggap sebagai gangguan, yaitu karbon dioksida dari cerobong asap, dan mengubahnya menjadi sesuatu yang berharga,” ujar profesor di UCLA Luskin School of Public Affairs dan direktur dari UCLA Luskin Center for Innovation, J.R. DeShazo

“Teknologi ini dapat menyelesaikan perubahan iklim global, di mana menjadi tantangan terbesar yang dihadapi oleh masyarakat pada saat ini maupun masa depan”

“Kami berharap tak hanya menangkap gas buang. Tapi kami akan mengambil gas tersebut…dan menggunakannya untuk membuat bahan bangunan pengganti semen,” katanya.

Ketua penelitian Gaurav Sant, mengatakan bahwa studi yang mereka sedang jalankan bertujuan untuk membuat karbon dioksida sebagai sumberdayanya.

“Ketika dalam proses produksi semen menghasilkan karbon dioksida, seperti halnya pembuatan batubara atau gas alam, kita dapat memanfaatkan gas buang tersebut untuk membuat bahan bangunan yang akan menjadi jenis semen baru…,” ujar Sant.

sejauh ini, di dalam laboratorium telah diproduksi dalam jumlah skala yang cukup kecil, dengan menggunakan alat cetak 3D dan membentuknya menjadi kerucut kecil.

“Kami mempunyai bukti konsep bahwa kita dapat melakukan hal ini. Tapi kami butuh memulai proses peningkatan volume bahan dan berpikir bagaimana membawanya dalam dunia komersil,” ujar DeShazo.

Sant juga menambahkan, “Tantangan terbesar bukan hanya mencoba untuk membuat bahan bangunan. Kami sedang membangun proses solusi, teknologi yang terintegrasi yang tepat dari karbon dioksida ke produk jadi.”

Tantangan dalam hal lain adalah untuk meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa bahan yang berhasil mereka ciptakan tersebut dapat menguntukngkan, tak hanya untuk bumi saja tapi juga mereka.

“Teknologi ini dapat mengubah insentif ekonomi yang berhubungan dengan pembangkit listrik dan mengubah gas buang dari cerobong asap menjadi sumber daya yang dapat digunakan, untuk memperbesar sistem jalan mereka,” ujar DeShazo.

“Hal tersebut dapat mengubah apa yang tadinya menjadi masalah dan mengubahnya menjadi produk bermanfaat…yang akan dibutuhkan dan bernilai di tempat seperti berpolusi seperti India dan China,” tambahnya.

Semoga ini dapat di contoh oleh negara kita ya!!!

Sumber:liputan6.com