Pancasila udah saya hafalin sejak duduk di bangku SD. Tentunya hafal dengan sendirinya, karena tiap hari senin selalu mengikuti upacara.
Sampai sekarang, gak bakalan lupa deh sama yang namanya pancasila. Bahkan saya pernah menemukan sebuah buku berjudul ‘Jomblo tapi hafal Pancasila’.
Lah, apa hubungannya jomblo sama hafal Pancasila? ternyata dibalik semua itu, si penulis buku adalah sosok langka yang ada di muka bumi ini. Dia adalah Gus Mul, katanya bukan dari golongan ahli ngaji-mengaji di pesantren seperti sebutan mantan Presiden Gud Dur (alm). Tapi nama Gus diambil dari Agus, dan Mul adalah Mulyadi. Asli ndeso tapi rejeki kayaknya udah kota. Gus Mul adalah orang terkenal, bagi mereka yang kenal.
Dalam buku tersebut, banyak review positif yang membanjiri tulisan humor ala orang kampung. Salah satunya adalah penulis tersohor di Indonesia, Puthut E A.
“Si penulis mampu keluar dari mainstream tulisan humor model anak muda metropolis yang menurut saya hanya mampu membuat tawa tapi gagal memberi makna. Lucu tapi tidak norak, spontan tapi tidak dangkal, cair tapi tidak asal.”
Namun sayangnya, makna Pancasila tidak dijabarkan disana. Tentu saja Jomblo Tapi Hafal Pancasila adalah sebuah judul untuk memberi sense of humor.
Kali ini, mari kita membahas makna Pancasila yang sebenarnya.
Pancasila dibentuk sebagai pedoman penghayatan atau disebut dengan Ekaprasetia Pancakarsa. Berasal dari bahasa Sanskerta, secara harfiah “eka” berarti satu atau tunggal, “prasetia” berarti janji atau tekad, “panca” berarti lima dan “karsa” berarti kehendak yang kuat. Dengan demikian, Ekaprasetia Pancakarsa berarti tekad yang tunggal untuk melaksanakan lima kehendak.
1. Ketuhanan Yang Maha Esa
- Manusia Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan Agama dan Kepercayaannya masing-masing menurut dasar kemanusiaan yang adil dan beradab.
- Hormat-menghormati dan bekerjasama antar pemeluk agama dan para penganut kepercayaan yang berbeda-beda, sehingga terbina kerukunan hidup.
- Saling menghormati kebebasan menjalankan ibadah sesuai dengan agama dan kepercayaannya.
- Tidak memaksakan suatu agama dan kepercayaan kepada orang lain.
2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
- Mengakui persamaan derajat, persamaan hak dan persamaan kewajiban asasi antara sesama manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai Mahluk Tuhan Yang Maha Esa.
- Saling mencitai sesama manusia.
- Mengembangkan sikap tenggang rasa.
- Tidak semena-mena terhadap orang lain.
- Menjunjung tinggi nilai kemanusiaan.
- Gemar melakukan kegiatan kemanusiaan.
3. Persatuan Indonesia
- Menempatkan persatuan, kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan.
- Rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara
- Cinta tanah air dan bangsa.
- Menjaga kesatuan bangsa Indonesia yang diuraikan kedalam semboyan Bhineka Tunggal Ika atau berbeda-beda tetapi tetap satu.
4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan
- Tidak memaksakan kehendak kepada orang lain.
- Mengutamakan musyawarah dalam mengambil putusan untuk kepentingan bersama.
- Musyawarah untuk mecapai mufakat diliputi oleh semangat kekeluargaan.
- Dengan itikad baik dan rasa tanggung jawab menerima dan melaksanakan hasil putusan musyawarah.
- Putusan yang diambil harus dapat dipertanggung-jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan, dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan demi kepentingan bersama.
5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
- Bersikap adil.
- Menjaga keseimbangan antara hak dan kewajiban.
- Menghormati hak-hak orang lain.
- Suka memberi pertolongan kepada orang lain.
- Tidak melakukan perbuatan yang merugikan kepentingan umum.
- Menghargai hasil karya orang lain.
Nah, sekarang kita tahu makna dari semua sila diatas. Untuk menjadi warga negara yang baik, semua pedoman diatas kita laksanakan.
Jangan sampai seperti kejadian beberapa waktu lalu, ketika seorang pejabat negara lupa Pancasila.