Empat tipikal manusia: Melankolis, Plegmatis, Sanguinis, dan Koleris.

Dari sudut pandang emosi,

Melankolis tergolong orang yang perfeksionis, sensitif, idealis, namun sulit bersosialisasi.

Plegmatis adalah orang yang cinta damai, bijaksana, namun kurang antusias.

Saguinis termasuk orang yang popular, antusias, namun banyak tingkah.

Koleris memiliki karakter kuat sebagai pemimpin, suka tantangan, namun tidak peka terhadap sosial.

Dari keempat sifat manusia tadi, Anda bisa mengira bahwa Sanguin dan Koleris adalah orang yang sering berkata sembarangan, dan yang berpotensi untuk menyakiti adalah Koleris.

Kenapa?

Coba Anda perhatikan, siapa orang di sekitar Anda yang bertingkah atau mengucapkan kata yang tidak mengenakkan terhadap Anda atau orang lain. Orang tersebut memiliki ciri-ciri seperti ini:

Memiliki sifat dominan dan mengambik keputusan.
Memiliki keinginan keras untuk meraih sesuatu
Termasuk orang yang mandiri
Berani menghadapi masalah.
Tidak sabaran dan cepat marah
Suka merintah orang lain
Tidak suka santai
Kaku
Pekerja keras
Berpikir cepat, kadang tergesa-gesa
Uang adalah kekuatan, tanpa uang seperti kiamat.
Tidak bisa menyaring mana tindakan atau ucapan yang baik dan buruk.
Hal tersulit adalah meminta maaf.

Nah, jika Ada teman Anda yang punya sifat Koleris, Anda tidak perlu tempramen atau dimasukkan ke hati. Karena emang pada dasarnya itu adalah watak dominan yang sulit untuk dikendalikan.

Jadi, orang yang berwatak koleris orangnya jahat?

Tidak selalu, orang koleris hanya kurang peka terhadap orang lain. Dirinya tidak menyadari apakah kata-katanya menyinggung atau tidak.

Sebagai contoh:

Adul (melankolis), Beni (plegmatis), Cecep (sanguin) dan Dedi (koleris), mereka sedang asyik nongkrong di warung.

Cecep: “Woyy… pada diem aja kalian bro… ayo tambah lagi kopiya, sambil kita foto selfie…”
Beni: “Iya Cep, asyik juga nambah kopinya”
Dedi: “Woy Adul, diem aja lu, kagak punya duit lo buat beli kopi doang?”
Cecep: “asal ngomong aja kau Ded, dia abis gajian bro”
Dedi: “asyik neh, btw, lu mampu nggak nraktir kita?”
Adul: “ok, pesan sepuasnya”
Cecep: “Parah lo Ded, asal nyeletuk aja… itu mulut sekolah dimana sih?”
Dedi: “Cep lu mau ditraktir nggak? banyak ngomong lu”
Beni: “wah, Adul emang baik banget”
Adul: “Biasa aja Ben, mari bersulang”

Dari dialog diatas, Dedi terlihat dominan dalam kelompok. Omongannya kasar, buat orang yang sensitif ini akan menimbulkan dendam. Tapi sebetulnya Dedi tidak ada niat sama sekali untuk menyakiti, sekali lagi, itu hanya sifat dasar seorang koleris.

Beda dengan seorang ‘musuh’, tidak harus berwatak Koleris – yang telah merencanakan kata-kata untuk menyinggung.

Untuk menanggapi orang koleris, cukup dengan membesarkan hati kita saja. Dan kita hanya akan berkata dalam hati “oowh… begitu”