Surat Perpisahan untuk PenggemarÂ
Sementara itu, Tom bukan tak berbicara sama sekali. Selasa (27/1) ia mengunggah surat terbuka untuk para penggemarnya melalui akun Facebook pribadinya. Di sana, ia mencurahkan isi hati. Tom bercerita soal alasan versinya memilih keluar dari band yang ia cintai.
Mengutip Stereogum, surat terbuka yang seperti ucapan perpisahan itu dipenuhi senandung kesedihan. Sebab Tom merasa upayanya bertahan di Blink-182 sudah “mentok.” Ia merasakan pertemuan dan hubungan aneh dengan rekannya. Pada akhirnya, itu yang membuatnya sedih.
Tom mengawali suratnya dengan kejujuran. Sebab, ia menulis, kejujuran selalu mendapat tempat yang baik. Jujur, ia mengaku mencintai Blink-182. Baginya, itu merupakan anugerah terindah dalam hidup. “Blink telah memberi saya segalanya. SEGALANYA. Saya memulai band ini, saat itu masih di garasi saya, ketika saya memimpikan kenakalan ini.”
Rasa cinta itulah yang membuat Tom selama ini berjuang keras untuk Blink-182. Ia mencoba banyak jalan sukses untuk Blink 182. Ia memunculkan ide-ide yang bisa mengembangkan band-nya. Ia selalu menantang diri dan kawan-kawannya menjadi band yang lebih baik lagi.
“Saya tidak hanya duduk dan menunggu seseorang melakukannya. Itu bukan saya,” ia menuliskan.
Puncaknya, adalah saat ia mencoba mengumpulkan anggota band di Utah. Di sana, mereka berbincang dan mengeluarkan unek-unek. Sayang, hasil pertemuan itu ternyata amat mengecewakan.
“Dengan cepat itu beralih ke ruang ganti seseorang di kasino yang jelek. Apa yang saya harap menjadi positif bersama, justru menjadi pertemuan yang canggung,” tulisnya mengungkapkan. Ia tak menjelaskan masalahnya.
Yang jelas, saat itulah Tom mengatakan, “Selama kita masih berbicara, dan semua berjalan baik di antara kita sebagai teman, maka saya akan bekerja penuh hasrat. Saya akan bercermin dari hubungan personal kita.” Lalu, terjadilah rekaman lagu untuk EP. Itu ujian bagi mereka.
Sementara Tom selalu berada di studio selama dua bulan, rekan-rekannya hanya datang sekitar 11 hari. Tom merasa dirinya tak diperlakukan adil. “Saya tidak masalah memegang kendali. Tapi kami semua sepakat untuk memberikan 100 persen,” ungkapnya lagi.
Tom pun merasakan suatu momen, saat semangatnya luntur. Saat ia beranggapan bang-nya tak lagi bisa bertahan. Saat ia tak lagi bisa percaya pada kata-kata orang lain. Selama bertahun-tahun, Tom akhirnya merasakan itu. Saat ia mengonfirmasi komitmen kawan-kawannya, mereka hanya bisa diam. Tom pun memilih pergi.
Itu merupakan puncak dedikasinya untuk Blink-182. Apalagi saat pernyataan dari rekan-rekannya muncul, yang menyatakan Blink-182 harus tetap jalan meski tanpa Tom. Ia merasa dicederai. Tak ada jalan lagi selain hengkang.
“Dan pada akhirnya, semua ini membuat saya sedih. Sedih untuk kami. Sedih untuk Anda, yang sudah menyaksikan ketidakdewasaan ini,” katanya. Ia pun menambahkan, “Meski saya melihat perilaku mereka berbeda, saya masih peduli pada mereka. Seperti saudara, seperti kawan lama. Tapi hubungan kami sudah teracuni kemarin.”