Bendera pelangi, sebuah simbol kebanggan kaum LGBT, telah dipajang di Museum of Modern Art di New York, sebagai bagian dari koleksi disain beberpa minggu yang lalu.
Bendera dengan corak pelangi tercipta pada tahun 1978 oleh seniman Gilbert Baker dari San Francisco. Dalam sebuah wawancara dengan MoMa, ide awal pembuatan bendera tersebut sejak 1976. Baker merupakan veteran perang Vietnam dia termasuk penyuka sesama jenis.
Baker yang pandai menjahit membuat bendera tersebut yang juga dibantu 30 orang untuk mewarnai dan menjahit bersama. Ia menyebut warna pelangi sebagai bagian dari keajaiban alam dan keindahan. “Kami butuh sesuatu yang bisa sebagai simbol ‘who am i’. Pelangi sunggu sangat cocok dalam warna dan jenis kelamin mapun semua ras, ” Katanya
Bendera asli memiliki delapan garis masing-masing pink, merah, oranye, kuning, hijau, biru kehijauan, nila dan ungu akhirnya selesai dibuat. Baker menyebut arti untuk setiap warna misalnya, jeruk diwakili penyembuhan dan pink mewakili s-ksualitas. Dia kemudian memproduksi lebih banyak pada salah satu perusahaan bendera di San Francisco.
Parade mengibarkan bendera pelangi di San Francisco merupakan kebanggaan setiap tahun dan segera menjadi simbol untuk acara tersebut.
Seiring waktu, bendera menjadi ikon global. Pada tahun 1986 bendera ini diresmikan oleh Asosiasi Bendera Internasional sebagai simbol LGBT. Desain ini bahkan juga telah diadopsi sebagai bendera resmi untuk komunitas penyuka sesama jenis di Kerajaan Coral Sea Islands, sekelompok kecil di pulau yang resmi dinyatakan sebagai republik pada tahun 2004.
Baker membuat dua versi bendera pelangi. Pertama versi delapan warna, sementara yang kedua menghilangkan warna pink. Namun saat ini yang paling terkenal adalah enam garis dengan dihapusnya juga warna biru kehijauan agar memiliki garis yang sama rata. (translated from wired.com )