Perkembangan dunia perfilman di Indonesia terbilang cukup baik, pasalnya beberapa film karya anak bangsa mampu go-International. Selain kota Jakarta yang selalu mendominasi berbagai aspek, kini sebuah festival film bertaraf internasional mulai menyita perhatian di dunia perfilman dengan nama Jogja-Netpac Asian Film Festival digelar pada tanggal 1 sapai 6 Desember 2015.

Selain sinema-sinema Asia, sejumlah film karya anak bangsa juga diputar pada event Jogja-Netpac Asian Film Festival (JAFF). Diantaranya “Pendekar Tongkat Emas”, “Mencari Hilal”, dan premier film Garin Nugroho “Aach, Aku Jatuh Cinta”. Serta pada festival tersebut menghadirkan 10 film pendek yang didukung Dinas Kebudayaan Yogyakarta.

Kehadiran JAFF mempunyai peranan penting dalam industri perfilman di Indonesia. Dengan pengalaman progress 10 tahun, Direktur Eksekutif JAFF Ifa Isfansyah optimis untuk perkembangan film di Indonesia, khususnya perkembangan film di Jogja.

“Efeknya nggak bisa dilihat langsung. Tiap festival bertanggung jawab terhadap publiknya masing-masing. Untuk 10 tahun ini progres berpacu dengan Singapore Festival. Di Asia Tenggara, JAFF cukup kuat kalau filmmaker ingin film diputar di JAFF. Di Indonesia, tiap tahun selalu kedatangan 100 lebih komunitas film. Tahun ini yang terdaftar 70an. Pondasi kalau mau lihat film Indonesia ke depan ada di forum itu. Ada 153 film dari 23 negara (film Indonesia sekitar 50an),” seperti di kutip dari KapanLagi.com
“Fasilitas industri film udah ada di Jogja. Banyak yang produksi film di Jogja. Pemda beri bantuan langsung tanpa bikin festival sendiri. Komunitas di Jogja bertambah. Spirit penciptaan yang penting. Festival itu akademi terbuka untuk penonton maupun pembuat film. Penonton tidak semata seniman. Antusiasme yang penting,” kata Garin Nugroho, selaku presiden JAFF.

 

“Belum ada filmmarket di sini karena butuh biaya besar. Tetapi ada forum diskusi, misal strategi distribusi. Pembicara dari Indonesia maupun luar yang punya pengalaman,” lanjut Garin.

 

Sementara Ismail Basbeth, program director JAFF, punya pendapat sendiri tentang JAFF. “JAFF seperti kampus tak terduga. Festival di Aceh ada karena sering datang ke JAFF. Kampus organik,” pungkas Ismail.

Jogja Netpac Asian Film di Yogyakarta

Jogja-Netpac Asian Festival ke 10, 1-6 Desember 2015