Salah satu perusahaan di Indonesia PT Indocement Tbk, memberikan tantangan bagi seluruh masyarakat berbagai lapisan. Mulai dari pelajar dan mahasiswa, akademisi sampai profesor untuk melakukan penelitian keanekaragaman hayati di lokasi bekas tambang atau Quarry di kec. Citeureup Kab. Bogor dengan hadiah 35 Ribu Euro.
Direktur Utama PT. Indocement Tunggal Perkasa Tbk, Christian Kartawijaya seperti dikutip dari Tempo menyebut, kompetisi ini diselenggarakan untuk mengatahui keberhasilan dalam melakukan reklamasi pasca tambang setelah eksplorasi.
“Ada sekitar 300 undangan untuk pelajar, mahasiswa, guru, dosen, institusi dan lembaga riset, hingga profesor dari 32 perguruan tinggi untuk meneliti ekologi dan keanekaragaman hayati di lokasi bekas pertambangan kami,” kata Christian.
Penelitian hasil rehabilitasi di lahan bekas tambang dan lahan industri menjadi salah satu indikator keberhasilan reklamasi pasca tambang yang dilakukan PT Indocement akan dilombakan dalam ajang kompetisi Quarry Life Award,
“Sebetulnya kegiatan QLA ini bukan hanya di Indonesia saja, tapi dilaksanakan secara simultan di 22 negara,” tambahnya.
Penelitian pemulihan lahan pasca tambang ini dilaksanakan di kuari (area bekas tambang) Pabrik Citeureup, merupakan bagian dari program Heidelberg Cement Group.
“Penelitian sekaligus kompetisi ini menitikberatkan pada pendidikan berbasis pelestarian lingkungan dan peningkatan kepedulian terhadap keanekaragaman hayati (biodiversitas),” katanya.
Menurutnya, penelitian ekologi di pertambangan bertujuan untuk meningkatkan kesadaran nilai biologis di lokasi bekas tambang, juga mempromosikan proyek pendidikan lingkungan dengan fokus pada pertambangan yang berwawasan lingkungan dan biodiversitas,
” Kami berharap hasilnya nanti dapat memberikan rekomendasi atau kontribusi untuk pengembangan keanekaragaman hayati pada lokasi tambang berupa Biodiversity Management plan,” katanya.
Corporate Secretary PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk, Sahat Panggabean, kompetisi ilmiah ini sengaja digelar di kuari pabrik Citeureup, sehingga perusahaan dapat mengetahui seberapa besar dalam melakukan reklamasi dan mengembalikan keanekaragaman hayati di lokasi tambang dan lahan industri.
“Penghijauan yang kami lakukan di lokasi bekas tambah, mudah-mudahan dapat mengembalikan kelestaruan ekosistim, bahkan tercipta habitat baru bagi tumbuhan dan hewan liar,” kata Sahat.
Guru Besar IPB Prof Dr Ani Mardiastuti, pendiri Nata Samastha (spesialisasi keilmuan burung) mengatakan, setelah melakukan penelitian sementara di sejumlah lokasi bekas tambang yang sudah diobservasi, dirinya sudah menemukan habitat binatang,
“Berdasarkan pendataan sementara ada habitat ada 41 jenis burung dan binatang lain sudah ada disana,” kata Ani.
Kehadiran binatang liar seperti burung, kadal, capung, kupu-kupu, kumbang dan ulat di lokasi reklamasi pasca tambang menandakan jika daerah itu sudah ramah lingkungan, dan tingkat pencemaranya pun sudah dibawah ambang batas aman
“Habitat yang paling banyak terlihat yakni burung kutilang, dan ada beberapa ekor elang jawa terlihat, mudah-mudahan kami menemukan hewan langka yang hidup ” pungkas Ani.