Siapkah Anda para generasi muda Indonesia dalam memasuki pasar tenaga kerja dan mengikuti perkembangan teknologi selama berkarir. Siap atau tidak, generasi muda dituntut untuk lebih meningkatkan skill demi kemajuan bangsa.

 

ASEAN mewakili komunitas dari 10 negara anggota dengan perekonomian yang mencapai 2,5 milyar dolar AS pada tahun 2014. Meskipun menunjukkan performa perekonomian yang impresif, namun ASEAN menghadapi sejumlah tantangan pasar tenaga kerja dimana kawasan yang memiliki 300 juta tenaga kerja dinamis ini dinilai masih kurang dalam hal kualitas kerja. Di sisi lain, pasar tenaga kerja ASEAN juga menyadari meningkatnya dampak dari perkembangan teknologi di dunia kerja.

Seiring dengan meningkatnya upah dan difusi teknologi yang semakin pesat, dunia usaha dituntut untuk mencari sejumlah cara demi meningkatkan efisiensi dan otomatisasi. Analisa upah pekerja pada sektor manufaktur terhadap lima perekonomian ASEAN mengungkapkan jika aktivitas pekerjaan dapat dilakukukan otomatisasi pada dekade yang akan datang.

Tren tersebut tentunya akan berdampak, terutama bagi para generasi muda yang sedang memasuki pasar tenaga kerja dan menyaksikan perubahan perkembangan teknologi sepanjang perjalanan karir mereka. Prioritas kebijakan dan pendekatan terkini mengenai peningkatan keterampilan yang berkelanjutan dan pembelajaran seumur hidup menjadi hal yang perlu dipertimbangkan.

APINDO melihat bahwa keterampilan merupakan satu dari tantangan utama bagi dunia usaha di Indonesia, terlebih dengan adanya peningkatan penggunaan teknologi. Adanya peningkatan otomatisasi, maka para pekerja perlu mengubah pola kerja dan mengembangkan sejumlah keterampilan baru sehingga pekerjaan mampu berjalan beriringan dengan teknologi.

Tantangan lainnya adalah masih adanya skill mismatch yang merupakan satu hal yang perlu diperhatikan. Fakta yang sering muncul, para lulusan belum siap masuk dalam dunia kerja sehingga perusahaan perlu memberikan pelatihan kepada pekerja barunya sebelum memulai kerja.  Menurut ILO, generasi muda ASEAN masih menghadapi kesulitan untuk melakukan transisi dari sekolah menuju dunia kerja. Tercatat sekitar 7,8 juta generasi muda (14% dari tenaga kerja muda) adalah pengangguran, dimana pengangguran generasi muda di Indonesia mencapai 18%. Tren ini menunjukkan adanya tantangan nyata yang dihadapi generasi muda karena kurangnya pengalaman, pedoman karir yang kurang memadai, hingga terbatasanya lapangan kerja, dan faktor lainnya.

Untuk itu, diperlukan adanya perbaikan kebijakan yang meliputi adanya peningkatan kualitas pendidikan tinggi dan pelatihan teknis yang lebih responsif bagi dunia industri. Penguatan kerjasama dengan sektor privat juga diharapkan dapat menjadikan kurikulum di sekolah lebih praktikal dan sesuai dengan permintaan pasar. Selain itu, kebijakan pasar tenaga kerja yang terintegrasi juga mampu menyiapkan dan menghasilkan para lulusan yang siap di dunia kerja. Program pemagangan merupakan salah satu contoh bentuk kegiatan yang mampu menghasilkan generasi muda dengan keterampilan praktek dan jenis pekerjaan khusus.

Serikat Pekerja juga diyakini memiliki peranan penting untuk membantu para pekerja dalam menghadapi perubahan sehingga mereka mampu menyelaraskan pekerjaan yang berhubungan dengan teknologi dengan lebih mudah, dimana peranan pekerja akan menyesuaikan seiring dengan perkembangan teknologi.