Dilansir dari kabar 17 di Semarang – MEA ( Masyarakat Ekonomi Asean ) yang diperkirakan akan dimulai pada 31 Desember 2015 membuat khawatir sebagian pengusaha. Namun, sebagian lagi merasa yakin bahwa sektor usaha di Indonesia mampu menghadapinya.
Optimisme itu disampaikan oleh Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) Kota Semarang Tino Indra Wardana. Ia mengaku saat ini masih mengkhawatirkan soal majunya perkembangan teknologi yang diterapkan dalam dunia usaha saat menghadapi MEA.
Dunia usaha yang ada di daerah belum sepenuhnya menerapkan kemajuan teknologi terkini. Untuk itu, HIPMI Kota Semarang tetap berupaya untuk terus mendorong perkembangan usaha ritel atau usaha kreatif lapangan.
“Kami tetap berupaya mendorong pelaku usaha untuk tetap mengembangkan usaha ritel. Karena, usaha tersebut paling mampu bertahan dan mampu menumbuhkan perekonomian,” katanya.
Meskipun demikian, ia mengharapkan dukungan dari pemerintah pusat maupun daerah. Dukungan itu, kata dia, dapat diwujudkan dengan menekan sejumlah biaya yang mampu menghambat perkembangan usaha.
“Lihat saja persoalan distribusi, yang sampai sekarang masih membutuhkan waktu dan biaya yang tinggi. Belum lagi tax (pajak) yang tinggi. HIPMI menyarankan kepada pemerintah pusat membuka lebar usaha hulu. Dengan begitu, usaha hilir bisa bertahan dan berkembang lebih baik,” harapnya.