Saya pernah melihat buku milik temen, lupa judulnya, tapi saya inget siapa yang ada di buku tersebut. Dia adalah Ippho Santoso, seorang motivator bisnis yang lebih banyak menggunakan otak kanan daripada otak kiri. Namun sayangnya, saya tidak membaca buku tersebut, keburu dibawa lagi saya pemiliknya yang berangkat ke luar kota.
Saking penasarannya, saya cari judulnya, tapi nggak nemu-nemu. Sewaktu nonton di youtube tentang Ippo Santoso, ternyata kebanyakan isi dari seorang pemuda yang telah sukses secara finansial dan juga orang yang sangat religius itu jauh lebih merasuk daripada saya mendegarkan Mario Teguh di Metro TV tiap hari Minggu malam Senin.
Tentu saja, saya sangat tertarik dengan dunia bisnis, terlebih lagi banyak sekali materi positif baik untuk duniawi maupun akhirat. Dan kebetulan juga saya terlahir dari keluarga yang memegang teguh ajaran Agama Islam, walaupun saat ini saya sadari iman sangat rapuh karena banyaknya godaan di kota ini. Yah, siapa yang nggak tahu sih… mulai dari tempat nongkrong dimana kita dapat melihat celana wanita yang dipakai hanya 1/8 dari panjang kakinya, kost-kostan seperti las vegas di malam hari, istilah kopi dingin yang menjadi hal biasa, sampai soal sikut-sikutan dan menghalalkan berbagai macam cara dalam mencari sesuap nasi.
Ini adalah resiko mengarungi kehidupan di kerasnya kota. Kita nggak gerak, kita nggak akan makan, mungkin biaya hidup di Jakarta lebih tinggi dibandingkan tempat-tempat lain di Indonesia.
“Mahal itu relatif” kata Ippho dan itu sangat membuat saya termotivasi lagi untuk mencapai goal.
Saat ini mungkin ketika banyak orang menganggap mobil mewah dengan harga ratusan juga itu mahal. Namun dengan mengubah pola pikir, harga mobil tersebut akan menjadi murah dengan syarat waktu yang tidak tentu.
Seminar Ippo Santoso dalam Rahasia Sunah.
Seperti kata Ippo Santoso dalam ceramahnya, sebuah mobil yang harganya 1 miliar, orang akan bilang murah jika dia punya harta 1 triliun. Namun berbeda dengan harga mobil yang hanya 100 juta, karena tak memiliki uang yang cukup dan masih merasa mustahil untuk memilikinya.
Kaya, kalau tidak bisa kaya harta saat ini, mungkin menjadi kaya hati adalah salah satu cara kita untuk menjadi kaya yang sejati. Dengan memiliki ‘mental kaya’, akan menuntun kita menjadi orang kaya. Memang sulit untuk dipikir secara nalar, tapi, ya… itulah cara kerja otak kanan.
Sebelumnya saya tanya, pernahkan kalian kehilangan uang seratus ribu?
Bagi orang kaya, mungkin tak masalah, tapi walaupun kecil kemungkinan, pasti ada sebuah penyesalan. Apalagi bagi yang punya duit pas-pasan, harusnya buat makan dua hari, eh… malah melayang entah kemana. Jatah duit kita berkurang, dan secara itung-itungan (dengan menggunakan otak kiri) finansial kita berkurang.
Tapi bayangkan jika kita dengan ikhlas memberikan 100 ribu ke orang yang membutuhkan, hati kita seakan-akan dipompa dengan karbit dan membuat seluruh tubuh kita terangkat ke awan.
That’s real guys.
Sebagai orang yang beriman, sedekah itu sangatlah penting. Bahkan orang atheis saja banyak yang meyakini bahwa ‘sedekah’ atau ‘meberi kepada sesama’ memiliki kekuatan yang luar biasa. Sangat memalukan jika orang yang beriman sampai lupa akan sedekah.
Sedekah diasumsikan sebagai pelumas sebuah mesin yang bekerja, semakin bagus pelumas, maka mesin akan bekerja dengan lancar.
Pengalaman Pibadi
Ketika saya penasaran apakah benar seperti itu, saya langsung praktekkan.
23 September 2015
Saya benar-benar tidak memiliki uang, bahkan saya masih banyak utang untuk usaha yang saya jalankan di kampung. Namun saat sore tiba, saya dapat rejeki 2 juta. Bayar hutang 1 juta, sisa 1 juta.
Tanggal 24
Keluar kota dari Bekasi ke Tangerang, bertemu teman lama, tapi tanggal 24 adalah tanggal tua, saya sangat paham seperti apa kehidupan mereka di tanggal-tanggal kritis seperti ini. Makan, ngopi, nongkrong, ngemil kacang dan udud dulu dll saya tak ingin membebani mereka meskipun mereka tuan rumah. Dan saya berusaha untuk bisa berbagi dan menghindari kata ‘dateng kalau lagi butuh doang’.
Tanggal 25
Saya menelepon seorang saudara, namun sayangnya kabar yang tak baik. Ibunya dirawat di Rumah Sakit, kritis. Dan saya pun langsung hari itu juga menjenguknya. Tanpa membawa oleh-oleh seperti buah, roti, dan banyak macam lainnya. Karena saya bukanlah orang yang hidup dengan basa-basi. Saya hanya memiliki uang 700 ribu, saya ambil 200 ribu dan sisanya saya isikan dalam amplop untuk beliau.
Tanggal 26
Pulang ke Bekasi, sisa 200 ribu
Tanggal 27
sisa 100
Tanggal 28
sisa 50
Tanggal 29
sisa 50, entah kebetulan atau gimana, dari pagi sampai sore datang partner (freelance juga) yang lagi ketiban rejeki. Tiba-tiba saja saya dimintain tolong, makan seharian dan ro kokĀ gratis.
Tanggal 30
Sebuah kabar baik datang, bisnis yang saya jalankan bersama tim saat ini dipercaya oleh salah satu stasiun televisi yang punya slogan ‘Televisi Masa Kini’, pasti anda semua tahu kan?
Tim kami mendapatkan pemasukan rupiah dalam angka 9 digit. Nggak disangka.
Untuk makan, minum dan kegiatan sehari-hari, Alhamdulillah tak ada yang perlu dikhawatirkan meski jauh dari keluarga dan saudara.
Akhirnya saya menyadari dan sangat percaya bahwa sedekah mempunyai kekuatan yang luar biasa.
Aneh, iya… aneh. Saat bersedekah, uang kita berkurang, akan tetapi di hari-hari berikutnya tidak ada masalah yang bikin pusing, justru seperti membuka pintu baru untuk masuknya rejeki.
Selain datangnya rejeki yang takterduga, hati ini lebih tenang, bahkan saya merasa semakin ketagihan untuk berbagi lebih banyak lagi.
Ayo guys, percaya deh apa kata saya, jangan terlalu pelit untuk bersedah atau berbagi.
Ayo berbagi ~ mediamuda.com (hrz)