Kebanyakan masyarakat Indonesia masih sering menghubungkan antara kesehatan dengan tahayul. Terutama warga yang tinggal di pedesaan. Walaupun jaman sudah ditunjang oleh teknologi informasi yang memadai, sampai sekarang pun masih banyak melihat sisi kesehatan dari sudut pandang mitos daripada ilmiah.

Seperti apa yang dijabarkan oleh Dokter Wahyo Pratomo, menurutnya masih banyak masyarakat meyakini sesuatu yang terjadi berkaitan dengan cerita dari nenek moyang. Dan yang bisa merugikan masyarakat itu sendiri adalah ketika sakit, mereka enggan pergi ke rumah sakit atau puskesmas terdekat.

Tentu saja ini menimbulkan dampak, diantaranya :

  • Sikap pasrah terhadap keadaan sehingga tidak ada usaha untuk berobat,
  • Keterlambatan dalam pengobatan,
  • Penanganan atau pengobatan yang salah terhadap suatu penyakit, dan
  • Meluasnya kejadian suatu penyakit akibat penularan.

Adalah tidak mudah untuk merubah suatu keyakinan atau kepercayaan yang sudah mendarah daging dan berlangsung lama. Tingkat pendidikan yang tinggi tidak menjamin seseorang terbebas dari tahayul di bidang kedokteran. Sehingga upaya penyuluhan yang berkelanjutan adalah salah satu alternatif tindakan yang tepat guna memberantas tahayul ini. Peran media masa adalah sangat penting, disamping penyuluhan langsung di masyarakat yang masih rutin dilakukan oleh petugas kesehatan, khususnya yang bertugas di Puskesmas.

Beberapa tahayul soal ibu hamil dibidang kedokteran tersebut adalah sebagai berikut :

hamil hijab mitos

Di beberapa daerah ada kepercayaan, bahwa apabila seorang wanita sedang dalam keadaan hamil atau menyusui bila mengkonsumsi makanan yang berbau amis seperti: telur, ikan, ikan laut atau ikan asin maka akan berakibat bayi yang dilahirkan dan air susu ibu berbau amis pula. Ada juga kepercayaan yang sampai saat ini masih diyakini, bahwa kalau seorang ibu hamil makan udang, maka akan berakibat proses persalinannya mengalami kesulitan (mungkin analogi : udang sering berjalan mundur)

Padahal menurut ilmu kedokteran, setiap ibu hamil memerlukan makanan yang cukup, baik jumlah maupun kandungan gizinya demi kesehatan dan pertumbuhan janin yang dikandungnya.
Jenis makanan (amis) di atas justru sangat diperlukan oleh ibu hamil, karena kandungan proteinnya yang tinggi, zat yang sangat diperlukan dalam pertumbuhan janin, bahkan turut menentukan kecerdasan anak di kemudian hari.

Pada prinsipnya, tidak ada pantangan makanan bagi ibu hamil maupun ibu menyusui, kecuali karena penyakit yang diderita.

Ibu hamil atau menyusui yang menderita penyakit darah tinggi, pantang makanan asin, minum kopi atau makanan yang berlemak (tinggi kolesterol), hal ini berlaku selama hidup, tidak hanya dalam keadaan hamil atau menyusui saja.

Begitu juga ibu hamil atau menyusui penderita penyakit maag, dianjurkan untuk menghindari makanan yang merangsang lambung (maag), seperti: makanan pedas, makanan asam, makanan yang mengandung alkohol (tape, brem, durian, nangka).

Namun begitu memang ada makanan yang mutlak harus dihindari oleh ibu hamil atau menyusui, yaitu makanan atau minuman yang mengandung alkohol dan rokok.

Ibu hamil tidak boleh tidur siang. Dengan alasan akan mempersulit proses persalinan atau dalam persalinan banyak mengeluarkan darah, bahkan kalau tidur siang nanti akan tidur bersama genderwo (jawa :sejenis setan) seorang ibu hamil tidak boleh tidur siang. Kepercayaan yang sulit dicerna dengan akal sehat ini masih banyak diyakini kebenarannya di beberapa daerah, termasuk di daerah perkotaan.

Pada kenyataannya seorang ibu hamil untuk memelihara kesehatan disamping harus cukup makan dalam jumlah dan nilai gizinya, juga harus cukup istirahat dan cukup olah raga sesuai dengan umur kehamilannya.

Seorang ibu hamil yang cukup istirahat akan berdampak positif terhadap kesehatan ibu maupun janin yang dikandungnya, yang pada gilirannya justru akan mempermudah proses persalinan.

Air susu ibu yang pertama kali keluar tidak boleh diberikan kepada bayi. Kepercayaan ini masih ada di beberapa daerah, terutama di pedesaan, dengan alasan yang tidak jelas. Dengan alasan tertentu mereka menggantinya dengan air kelapa hijau, madu, buah pisang atau makanan/minuman lain.

Dalam ilmu kedokteran air susu ibu yang pertama kali keluar disebut colustrum, cairan bening kekuningan ini telah terbukti secara ilmiah adalah anugerah Tuhan Yang Maha Pengasih atas makhluknya. Karena di dalam colustrum terdapat kandungan zat gizi yang sangat sesuai dengan kondisi bayi yang baru dilahirkan, disamping mengandung zat kekebalan terhadap beberapa penyakit yang mungkin akan mengancam bayi, karena daya tahan tubuhnya yang masih lemah. Untuk itu colustrum mutlak harus diberikan kepada bayi yang baru lahir.

Pemberian makanan selain ASI kepada bayi berumur kurang dari 6 (enam)bulan. Dengan alasan supaya bayi cepat besar, tanpa didasari ilmu yang benar sebagian masyarakat masih suka memberikan makanan selain ASI (air susu ibu) kepada bayi berumur kurang dari 6 bulan, seperti: nasi yang diuleg dengan pisang atau gula kelapa, atau bubur bayi instan (padahal dalam kemasannya sudah tertulis: hanya boleh diberikan kepada bayi berumur di atas 6 bulan). Dalam penelitian di bidang kedokteran, diyakini dan terbukti bahwa sampai umur 6 bulan pencernaan bayi hanya mampu menerima makanan cair, yaitu ASI. Bila bayi dipaksakan untuk mengkonsumsi makanan selain ASI, maka akan berakibat kerusakan silia (rambut) usus halus yang berfungsi sebagai alat untuk menyerap sari makanan. Dampak negatif selanjutnya adalah bayi akan mudah terserang penyakit diare yang sangat berbahaya, dan terganggunya pertumbuhan serta perkembangan bayi. Jadi untuk menjamin pertumbuhan dan perkembangan bayi yang optimal, makanan tambahan berupa bubur halus baru boleh diberikan setelah bayi berumur 6 bulan (perilaku ini disebut ASI Exlusif), dengan tetap memberikan ASI sampai bayi berumur 2 (dua) tahun. Seterusnya setelah berumur 6 bulan dapat diberikan makanan bubur kasar, dan makanan orang dewasa setelah bayi menginjak umur 12 bulan atau 1 tahun.
5. Kuah ayam untuk mempercepat keluarnya bercak merah pada penderita Campak.
Campak, Gabag atau Morbili adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus. Gejala yang menonjol dari penyakit ini adalah munculnya bercak merah di kulit setelah didahului demam selama tiga hari. Namun ternyata penyakit ini juga menyerang selaput lendir saluran pernafasan sehingga muncul gejala batuk dan pilek, juga menyerang saluran pencernaan sehingga bisa muncul gejala diare, serta menyerang selaput mata sehingga ada gejala radang selaput mata (conjunctiva). Bila daya tahan tubuh penderita cukup baik penyakit ini bisa sembuh dengan sendirinya. Keadaan bahaya muncul manakala ada infeksi sekunder oleh bakteri dengan tanda gejala panas masih ada walaupun bercak merah sudah muncul, batuk pilek berkembang cepat menjadi radang bronchus (bronchitis) dan radang paru-paru (pneumonia), serta gejala kekurangan cairan (dehidrasi berat) karena diare yang hebat. Infeksi sekunder oleh bakteri inilah yang sering menyebabkan penderita tidak tertolong.

Keyakinan yang ada di sebagian masyarakat adalah bahwa bila ada anak yang demam maka akan cepat keluar bercak merah (ambrol) dan sembuh bila diberi kuah ayam.

Hal ini tentunya tidak bisa diterima dengan akal sehat. Pertama karena tanpa pemberian kuah ayam pun kalau memang anak menderita campak maka pasti akan keluar bercak merah, sebaliknya walaupun diberi kuah ayam sebanyak-banyaknya kalau anak tidak menderita campak, maka tidak akan keluar bercak merah di kulit.

Kedua, untuk mempercepat kesembuhan penderita campak tentunya tidak cukup hanya diberi kuah ayam. Pemberian makanan dengan kadar protein dan kalori yang tinggi dengan tujuan memperkuat daya tahan tubuh adalah cara yang tepat untuk mempercepat kesembuhan, disamping terapi dengan obat sesuai indikasi.
Yang tidak kalah penting diketahui adalah, bahwa penyakit Campak bisa dicegah dengan pemberian imunisasi pada bayi usia 9 s/d 11 bulan.

 

Oleh:
Wahyo Praptono, dr