Eratosthenes (276-194 SM) merupakan seorang ahli matematika, geografi, dan astronomi yang tinggal dan bekerja di Alexandria. Ia dikenal sebagai orang yang pertama kali memikirkan sistem koordinat geografi. Namun ia lebih dikenal sebagai orang pertama yang menghitung keliling Bumi sekitar tahun 240 SM.

jarak keliling bumi

Hebatnya, di saat orang awam pada zaman dahulu masih berdebat bentuknya Bumi itu seperti apa, Eratosthenes memili metode yang cukup sederhana, yakni dengan menggunakan perbandingan lingkaran dan trigonometri.

Eratosthenes memiliki pandangan bahwa Bumi itu cenderung melengkung. Sehingga, dengan mengasumsikan jarak matahari yang sangat jauh, maka sinar matahari akan menuju Bumi dengan saling sejajar. Konsekuensinya, berkas-berkas sinar matahari akan jatuh di berbagai tempat di Bumi dengan menimbulkan ukuran bayangan yang berbeda-beda pada satu jenis benda yang sama, misalnya tongkat kayu.

Dari para pedagang yang melewati rute antara kota Syene dan Alexandria, dia tahu bahwa pada saat tengah hari di pertengahan musim panas, semua bayangan di kota Syene (sebelah selatan Alexandria) akan lenyap. Jika ditancapkan tongkat tegak lurus di tanah maka bayangannya tidak ada. Atau jika melihat ke dasar sumur akan terpantul bayangan matahari. Artinya saat itu matahari tepat di atas Kota Syene. Sedangkan pada waktu yang sama, dia mengamati panjang bayang-bayang obelisk di Alexandria, dan melalui rumus trigonometri sederhana dia menyimpulkan bahwa sudut datang antara sinar matahari dengan obelisk adalah 7.2 derajat. Artinya jarak antara Alexandria dan Syene adalah sekitar 1/50 dari keliling lingkaran, sedangkan yang ia ketahui dari para pedagang jarak antara kedua kota tersebut adalah 5000 stadia. Jadi dia menyimpulkan bahwa keliling Bumi adalah 250.000 stadia.

menghitung keliling bumi

Ukuran stadion yang dia gunakan saat itu tidak diketahui dengan pasti. Ada yang menyebut ukuran 1 stadion Attic yang digunakan adalah 185 m. Banyak yang mempercayai hasil ukuran Eratosthenes adalah 39.690 km. Namun hasil ukuran ini sebenarnya mengandung banyak kesalahan. Pertama dia mengasumsikan kota Syene tepat di sebelah selatan Alexandria, padahal kenyataannya tidak. Kedua pada saat matahari mencapai Tropic of Cancer (garis balik utara) ternyata tidak tepat berada di atas Kota Syene. Selain itu ia mengasumsikan matahari letaknya tak berhingga dari Bumi sehingga sinar datangnya sejajar sempurna dan ia mengukur jari-jari Bumi dalam arah meridian.

Terlepas dari kesalahan tersebut, hasil ukurannya memang patut diapresiasi. Jika kita menghitung keliling Bumi berdasarkan datum WGS 84 (yang dipakai GPS saat ini), keliling Bumi pada khatulistiwa adalah 40.075 km. Sehingga boleh dikatakan kesalahannya sekitar 1 %.

Pengukuran tersebut adalah pengukuran terpenting dalam sejarah umat manusia. Kini ada bidang keilmuwan yang khusus mempelajari Bumi dari aspek bentuk dan ukurannya. Bidang ini dikenal sebagai geodesi. Pengukuran-pengukuran geodesi menunjukkan bahwa Bumi tidak bulat sempurna, melainkan agak gepeng di kedua kutubnya. Namun sebenarnya bentuk yang didapat dari ukuran-ukuran tersebut hanyalah pendekatan terhadap bentuk Bumi yang sebetulnya tidak teratur, yaitu geoid, meskipun secara makro terlihat bulat teratur.