Begitu ramainya informasi dari sebuah desa terpencil di Bali saat nama Tawan diekspose oleh media. Tentu saja karena hal tersebut sangat unik dan jarang sekali ada seseorang yang memiliki inovasi, walaupun akhirnya tak sedikit juga yang apatis padanya.
Tawan pernah mengatakan bahwa ia menyebut lengan robot yang dibuatnya adalah jenis teknologi Electroencephalogram (EEG). Hal tersebut mendapatkan respon dari peneliti bidang instumentasi (teknologi EEG) Dr Arjon Turnip dari UPT Balai Pengembangan Instumentasi LIPI di Bandung. 27/01.
“Kami di LIPI sangat menghargai inovasi, namun inovasi dari Tawan perlu pembuktian, terutama letak elektroda dan cara pengolahan sinyal. Kami belum dapat menilai kebenaran inovasi dari Tawan.” kata Dr Arjon seperti dikutip dari Antara News.
Teknologi EEG tergolong sangat rumit. Untuk dapat menggerakkan secara mekanik pada sebuah robot dengan pikiran, perlu sebuah konsentrasi dan kombinasi. LIPI sendiri sudah mengembangkan kursi roda elektrik dengan teknologi EEG dan mulai diperkenalkan pada saat acara Internasional Conference on Automation, Cognitive Science, Optics, Micro Electro, Mechanical System and Information Technology (ICACOMIT) di Bandung pada bulan Oktober 2015.
Dr Arjon menyebut kursi roda tersebut selain dibuat untuk menolong penyandang disabilitas untuk menunjang kegiatan sehari-hari, juga sangat penting dalam pengembangan riset instumentasi.
“Pengembangan instrumentasi yang paling urgent di Indonesia itu bidang kesehatan. Saya mendapat banyak keluhan dari para dokter, karena alat kesehatan itu (termasuk kursi roda) masih memakai produk dari luar dan jika ada kerusakan harus menunggu lama,” kata Arjon.
Kursi roda electric telah dilakukan pengembangan selama 3 tahun dan masih perlu penyempurnaan. Untuk menggunakannya tidaklah semudah yang dibayangkan dan tidak semua orang bisa menggunakannya. Ia menggambarkan pengolahan sinyal dari otak begitu rumit dan perlu perangkat lunak.
“Karena pikiran manusia gampang berubah dengan adanya sedikit stimulus, sinyal terhubung setiap mulai connect, kombinasi melihat dan konsenstrasi dibutuhkan buat melakukan aktifitas. Gerakan robot ini dengan teknologi EEG ini perlu melibatkan bagian otak. Tidak mampu kalau tanpa software”