Stroke, penyakit ini sangat sering ditemui pada orang lansia, namun tak menutup kemungkinan juga diderita oleh pria atau wanita paruh baya.
Di Amerika Serikat, stroke merupakan penyebab kematian pada urutan ketiga setelah penyakit jantung dan kanker. Sedangkan di Indonesia, Riset Kesehatan Dasar yang dirilis Departemen Kesehatan pada 2013 menyebutkan bahwa prevalensi penderita 12,1 tiap 1.000 orang, ini diperkirakan akan terus bertambah.
Seperti dilansir dari laman Tempo, dalam seminar “Stroke, Bukan Akhir Dari Segalanya” di Rumah Sakit Bunda Jakarta beberapa waktu lalu, narasumber dr. Ibnu Benhadi, SpBS(K) menyebutkan ada dua hal yang sebaiknya dilakukan ketika stroke tiba-tiba menyerang salah satu anggota keluarga.
1. Pastikan apakah itu gejala Stroke.
Untuk mengecek apakah penyakit stroke, bisa dengan metode FAST. FAST merupakan kependekan dari Face (wajah) Arms (tangan), Speech (bicara), dan Time (waktu).
“Terkait face, mintalah anggota keluarga tersenyum. Perhatikan dengan saksama wajahnya saat tersenyum, apakah tampak simetris atau tidak?,” kata Ibnu.
Untuk tangan berhubungan dengan kelumpuhan sensor motorik. Mintalah dia mengangkat kedua lengan lurus ke depan kemudian menahannya beberapa detik. Perhatikan baik-baik, bisakah dia mengangkat kedua lengan? “Jika dapat mengangkat kedua lengan, apa salah satu lengan terlihat turun?” Ibnu menjelaskan.
Berikutnya, speech. Mintalah dengan lembut anggota keluarga yang diduga terserang stroke itu untuk mengucap kata dan kalimat khususnya yang mengandung konsonan “R”. Dengarkan baik-baik. Apakah ia berbicara jelas atau cadel? Terakhir, time. Setiap detik sangatlah berharga.
Bila satu dari tiga gejala tadi terdeteksi, segera dibawa ke unit gawat darurat (UGD) rumah sakit terdekat (yang memiliki fasilitas penanganan stroke terpadu). Jika dia masih bisa bicara, tanyakan apa yang dirasakan pada penglihatannya.
“Bukan tidak mungkin, pasien merasa matanya gelap sebelah. Jika demikian, maka terjadi penyumbatan pada pembuluh darah di area mata. Tidak bisa digeneralisasi bahwa stroke itu penyumbatan pembuluh darah yang terjadi di sekitar otak,” kata Ibnu.
Jika gejala stroke terdeteksi dari salah satu unsur wajah, tangan, dan perkataan, usahakan agar Anda tak terlalu panik.
2. Pertolongan pertama pada Stroke sebelum dibawa ke rumah sakit.
Saat menunggu ambulans datang ke rumah, Anda masih bisa melakukan beberapa hal kecil tapi sangat penting untuk menolong orang yang terkena stroke tadi. dr. Ibnu Benhadi, SpBS(K) merekomendasikan beberapa hal untuk dilakukan:
Baringkan pasien dengan posisi kepala 30 derajat dari tempat tidur
Posisi bersandar semacam ini membantu melancarkan sirkulasi peredaran darah di tubuh pasien sekaligus memberi efek nyaman. Sembari berbaring, cermati apakah dia ingin muntah atau tidak. Kalau muntah, maka ada potensi pembuluh darahnya pecah. Cermati pula pernapasannya, lancar atau tidak. Jika penderita stroke muntah, maka posisi kepala agak dimiringkan sehingga muntahan bisa keluar dan tidak mengganggu saluran pernapasan,” ujar Ibnu.
Jangan panik
Kepanikan Anda hanya akan menambah beban psikologis pasien. Jangan biarkan semua anggota keluarga mengerubuti penderita. Tujuannya, memberi ruang yang lebih leluasa bagi pasien untuk menghidup udara segar.
Tenangkan Pasien
Minta pasien menelan ludah dan ajak bicara dalam suasana santai
Menyuap air
Jika pasien haus, berilah minum dengan cara menyuapkan air menggunakan sendok.
Ingat, tiap detik sangat berharga
Di Jakarta yang macet, bukan tak mungkin perjalanan menuju ke rumah sakit lebih dari satu jam. Selama perjalanan, cermati gerak-gerik pasien. Misalnya, pada 30 menit pertama pasien masih bisa menggaruk kepala. Memasuki setengah jam kedua, ia tidak bisa lagi menggaruk kepala. Artinya, kondisi memburuk. Laporkan detail itu kepada dokter.
Patut diketahui, penderita stroke tidak bisa pulih 100 persen. “Misalnya, jumlah sel otak awalnya 100 miliar. Lalu karena strok, 100 sel otak mati. Berarti sudah tidak genap 100 miliar lagi. Sel otak tidak bisa bertumbuh karena tidak tergantikan. Tuhan sudah bermurah hati, memberi sel-sel otak dalam jumlah bermiliar-miliar. Namun hanya diberikan sekali seumur hidup. Maka peliharalah baik-baik karena tidak bisa mengalami regenerasi,” kata Ibnu.