Em-A-El-A-Es ( dibaca : malas )

Faktor penghambat dalam segala hal dalah kata diatas, yaitu malas. Sebenarnya modal usaha nomor 1 adalah 1 M, yaitu Mau. Jika mau melakukan dengan sungguh-sungguh dalam memulai usaha atau bisnis, maka akan menemukan tujuan akhir seperti yang diharapkan.

Artikel ini ditulis berdasarkan diskusi ketika para pebisnis handal sedang berkumpul dan satu orang karyawan sebuah perusahaan yang tak sengaja sedang mampir.

Salah seorang yang masih bekerja pada sebuah perusahaan, ia merasa tertarik ikut terjun kedalam sebuah bisnis setelah mendengar suka duka para pengusaha itu berkumpul. Ia pun menanyakan “apa mungkin orang kayak saya yang sudah terbiasa hidup mengikuti jadwal perusahaan bisa jadi pebisnis handal, apalagi tak pandai bernegosiasi.”

Salah seorang menjawab : “apa sih yang nggak mungkin di dunia ini, semua pilihan bisa ente ambil satu paket dengan resikonya. Asalkan kerja ( otak ) keras dan mental “Kendel, Tegel, lan Prigel

Seorang pebisnis tanpa ketiga kata dalam bahasa jawa “Kendel, Tegel, Prigel” maka akan sangat sulit untuk meraih sukses finansial. Sebenarnya apa sih ketiga kata tersebut? simak saja :

Kendel artinya berani, sudah jelas keberanian adalah aspek yang sangat penting. Harus potong urat malu, melakukan bisnis kecil-kecilan seperti apapun harus berani berkembangnya usaha.

Tegel berarti tega, pernah mendengar kata “bisnis adalah bisnis, urusan teman sudah lain” ? ya, terkadang dalam berbisnis masih saja sering ada tak enak hati, terkadang kita membiarkan aset yang harus menjadi modal kedepan terkendala karena masalah seperti ini.

Prigel adalah kemampuan. Seperti apa kemampuan kita dalam berhitung, menganalisa, dan kapabilitas untuk terjun di dunia bisnis. Skill yang dimiliki tidak hanya berupa pintar matematika saja, melainkan semua lingkup luar dalam bisa diatasi dengan baik.

kendel tegel prigel

Bisnis bisa dilakukan oleh siapa saja kecuali orang MALAS tadi. Ciri-ciri orang malas seperti ini :

Sedang menganggur, disuruh nyari kerja bilangnya pengen berbisnis aja, ogah terikat waktu.

Sementara ketika ditanya mau usaha apa, ia menjawab masih bingung, belum pernah mencoba bisnis apapun, modal juga kurang.

Disuruh mencoba usaha kecil-kecilan, bilangnya malu…

Maka orang seperti itu tidak akan pernah bisa maju kecuali ada sebuah keajaiban.

Satu lagi tambahan dari diskusi ditemani kopi yang hangat ini, bahwa dalam urusan menjual barang, kita sepakat hal tersebut bukan perkara mudah. Sangat mudah memang bagi orang yang sudah berkembang bisnisnya, namun tak semua orang bisa seperti itu.

Sambil nyeletuk dengan nada bercanda “kalau masalah menjual barang dilakukan dengan sangat mudah, ntar semua orang didunia ini bakal jadi pedagang semua dong, ntar yang jadi PNS siapa? hahaha”

Namun sesulit apapun, dengan ketiga kunci diatas setidaknya akan memahami kapasitas diri sendiri. Mungkin bisa menyimpulkan sendiri, ingin menjadi pengusaha atau berkarir. Keduanya tak ada yang salah, dan perlu kerja keras untuk meraihnya.

Jika Anda bingung dengan tulisan saya, sebenarnya saya juga sudah bingung duluan sebelum menulis. Awalnya tulisan ini menyemangati “semua orang bisa berbisnis” namun di akhir ada sebuah candaan tadi.

Sekali lagi saya tambahkan dengan kesimpulan yang mungkin kurang rasional, intinya jika benar-benar pengen berbisnis karena memiliki jiwa entrepreneur dengan segala resiko yang ada, it’s ok, siapapun boleh mencoba, tidak ada yang melarang. Namun apabila ragu dan khawatir dengan bayangan yang ada di masa depan, lebih baik mengejar karir sampai menemukan “zona nyaman” karena mungkin ini adalah garis perjalanan hidup yang sudah ditentukan.