Ketika kita mulai masuk sekolah, salah satu hal pertama yang kita pelajari adalah bagaimana menulis alfabet, huruf besar dan huruf kecil, dan kemudian menulis kata, kalimat, paragraf, dan esai. Saat ini, keyboard sudah masuk. Tidak lagi mengharuskan siswa sekolah dasar untuk belajar kursif (menulis huruf gandeng yang biasanya menggunakan buku halus), dan pelajaraan ini dianggap “keterampilan kuno.”
Sekolah dasar yang mengajarkan tulisan tangan hanya menghabiskan lebih dari satu jam dalam seminggu, menurut Zaner-Bloser Inc., salah satu penerbit kurikulum tulisan tangan terbesar di negara Amerika. Umumnya tidak diajarkan setelah kelas tiga.
Namun para ilmuwan menemukan bahwa belajar kursif adalah cara untuk pengembangan kognitif, terutama dalam melatih otak untuk belajar “spesialisasi fungsional”; yaitu, kapasitas untuk efisiensi optimal. Terkait belajar menulis kursif, otak mengembangkan spesialisasi fungsional yang memadukan sensasi, kontrol gerakan, dan pemikiran. Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa beberapa area otak menjadi co-active selama pembelajaran penulisan huruf pseudo, seperti halnya dengan mengetik atau hanya praktik visual.
Ada banyak manfaat untuk kemampuan berpikir yang digunakan dalam membaca dan menulis. Untuk menulis kontrol kursif yang mudah dibaca, kontrol motorik halus diperlukan melalui jari. Anda harus memperhatikan dan memikirkan apa dan bagaimana Anda melakukannya. Anda harus berlatih. Studi pencitraan otak menunjukkan bahwa kursif mengaktifkan area otak yang tidak ada dalam keyboard.
Sebagian besar manfaat tulisan tangan pada umumnya hanya berasal dari mekanika gambar yang dihasilkan sendiri. Dalam satu studi di Indiana University, peneliti melakukan pemindaian otak pada anak usia 5 tahun sebelum melek huruf – sebelum dan sesudah menerima instruksi penulisan huruf yang berbeda. Pada anak-anak yang telah mempraktikkan pencetakan yang dihasilkan sendiri dengan tangan, aktivitas saraf jauh lebih meningkat dan seperti orang dewasa, daripada mereka yang hanya melihat huruf. “Sirkuit pembacaan” otak terpadu saat membaca/mendengar sambil menulis, namun tidak saat mengetik. Lab ini juga menunjukkan bahwa menulis surat dalam konteks yang bermakna menghasilkan aktivasi yang jauh lebih kuat dari banyak area di otak kiri maupun kanan.
Dalam belajar menulis dengan tangan perlu memperhatikan berikut ini supaya membuat Anda lebih cerdas:
- Mencari setiap relative-stroke terhadap goresan lainnya.
- Pelajari dan ingat ukuran yang sesuai, kemiringan bentuk secara keseluruhan, dan fitur detail karakteristik masing-masing huruf.
- Kembangkan keterampilan kategorisasi.
- Penulisan kursif, dibandingkan dengan pencetakan, seharusnya lebih bermanfaat lagi karena tugas gerakan lebih menuntut, hurufnya kurang stereotip, dan persyaratan pengenalan visual membuat repertoar representasi surat yang lebih luas. Kursif juga lebih cepat dan cenderung melibatkan siswa dengan memberikan rasa dan gaya kepribadian yang lebih baik.
Penelitian lain menyoroti hubungan unik antara tangan dengan otak saat menyusun pemikiran dan gagasan. Virginia Berninger, seorang profesor di University of Washington, melaporkan penelitiannya terhadap anak-anak di kelas dua, empat dan enam yang mengungkapkan bahwa mereka menulis lebih banyak kata, lebih cepat, dan mengungkapkan lebih banyak gagasan saat menulis esai dengan tangan dibandingkan dengan keyboard.
Ada keseluruhan bidang penelitian yang dikenal sebagai “haptics,” yang mana mencakup interaksi sentuhan, gerakan tangan, dan fungsi otak.
Penulisan kursif membantu melatih otak untuk mengintegrasikan informasi visual, dan taktil, dan kecekatan motorik halus.
Manfaat untuk pengembangan otak sama dengan apa yang Anda dapatkan dengan belajar memainkan alat musik. Tidak semua orang bisa mahir dalam bermusik, tapi setiap orang memiliki akses ke pensil dan kertas. Tidak semua orang bisa membeli komputer untuk anak-anak mereka, tapi mungkin anak-anak tersebut tidak kekurangan seperti yang kita duga.