Efek dari nilai tukar rupiah yang melemah terhadap dollar Amerika (US$) telah membuat khawatir banyak pihak. Menurut DPR kondisi perekonomian Indonesia berada di ujung tanduk. Saat ini dapat dikatakan ekonomi indonesia parah dan berada dalam kondisi darurat.
Dilansir dari harian Terbit, Ahmad Thohir sebagai Ketua Komisi VI DPR RI memberikan opini bahwa indikasi yang mengarah pada kondisi perekonomian Indonesia dalam kondisi darurat dan di ujung tandunk. Nilai tukar rupiah dan IHSG terus melemah setiap hari.
“Kondisi darurat ekonomi Indonesia dapat dilihat dari melemahnya nilai tukar rupiah. Selain itu, pergerakan IHSG yang setiap hari turun beberapa poin, menandakan telah terjadi capital flight. Bahkan kemarin capital outflow sampai 4%. Kalau begini terus, tak akan ada lagi modal yang available alias kita kesulitan likuiditas,” kata Thohir.
Jadi, apakah pemerintah akan pasrah dengan kondisi ekonomi seperti ini?
Thohir kemudian memberikan saran kepada Presiden Jokowi untuk segera melakukan konsolidasi ekonomi politik dengan berbagai pihak. Tujuannya untuk merancang program perekonomian nasional yang kompresensif, yakni menggunakan strategi menyerang dan bertahan sekaligus.
“Artinya semua potensi bangsa digerakkan untuk keluar dari kondisi ini. Ekonomi RI sudah genting, diujung tanduk. Pemerintah harus hati-hati dalam merespon. Manajemen krisis harus segara dilakukan, protokol krisisnya harus segera dibuat. Ajak bicara semua, tenangkan rakyat, tenangkan pasar. Yakinkan kita bisa bertahan,” tambahnya.
Hal yang seharusnya dilakukan pemerintah saat ini adalah memperkuat daya beli masyarakat dan dapat membangkitkan industri-industri yang terpuruk yang disebabkan karena perlambatan ekonomi dan lemahnya rupiah. Selain itu perlu juga melakukan komunikasi internasional agar ekspor kembali bergairah.
Sedangkan dalam jangka panjangnya, perbaikan struktur moneter, perkuat fundamental ekonomi dengan bantuan para ahli moneter , membuat program ekonomi untuk sektor riil terus berjalan, hindari utang dollar untuk tidak menekan neraca pembayaran, dan masih banyak lainnya.
Semoga saja kondisi ekonomi saat ini tidak sampai seperti krisis moneter yang terjadi di tahun 1998 silam. (am:hrz/harianterbit)