Apakah benarĀ acara-acara yang ada di TV Nasional Indonesia tidak bermutu?
bisa dibilang…
BENAR juga.
emang begitu kok…
Ada juga yang menyalahkan KPI, bunyinya gini:
Itulah KPI.. Anime, kartun, film fiksi dan banyak lagi yg selalu disensor lah dilarang tayang lah, tapi sinetron yg isinya rebutan harta, rebutan pacar, rebutan suami, rebutan istri, skandal p****grafi yg jelas-jelas tidak mendidik justru diperbolehkan. KPI memang beda. Yg mendidik dilarang, yg tidak mendidik diperbolehkan. Anehnya negeriku
tapi…
kalau diperhatikan lebih jauh kenapa acara televisi di Indonesia nggak mutu?
Jawabannya lebih kurang karena GRATIS
Itu yang paling utama.
Logikanya:
Jika kalian berlangganan TV premium, misalnya Indovision, top tv, transvision, big tv, usee tv, biznet home, dan masih banyak lagi… maka kamu hanya akan sesekali nengokin saluran TV Nasional yang gratis itu, bahkan bisa lupa.
TV Nasional cenderung target ke masyarakat Indonesia secara luas.
Sementara, negara Indonesia jika dipukul rata, masih dibawah sejahtera dan mental gratisan.
Jangan tersinggung ya genk, saya hanya bicara secara umum. Ini memang apa yang terjadi. Lihat saja, musik-musik yang diputar di ponsel orang-orang disekitar kita apakah mereka belinya dari iTunes atau Spotify? Perhatikan juga jumlah outlet cd asli vs cd bajakan, mungkin 1:100. Atau yang lebih terlihat adalah, windows dan photoshop yang dipake apakah ori? hmmm…
Mungkinkah TV Nasional bisa bermutu?
Bisa saja sih acara berkualitas, tapi channel mana yang berani?
Acara berkualitas ditunjukkan kepada orang-orang yang berkualitas pula.
Bicara soal kualitas, sebenarnya masih ada kok acara berkualitas. Kita ambil contoh misalnya: Liga Champions, Liga Inggris, Liga Spanyol, Liga Italia, dan liga-liga lainnya dalam sepakbola.
Stasiun tv nasional berani menayangkan karena mendapatkan sponsor, dan sponsor yang kita ketahui paling getol adalah rokok. Rokok sering dicaci maki dan selalu disalahkan oleh orang-orang yang anti rokok, ternyata rokok lah yang tidak secara langsung membantu orang-orang yang nggak ngerokok juga, tapi jarang yang mengungkapkan. Mulai dari pajak yang besar untuk negara sampai foundation untuk kemajuan bangsa juga lho….
Sponsor besar: pemasukan stasiun tv besar juga.
Selain bola, adalah MotoGp. Bisa tayang karena sponsor sangat relevan dengan gaya konsumen Indonesia. Banyak sponsor seperti produk Yamaha, Honda, Kawasaki, Suzuki, Helm berbagai merk, dan oli. Motor dan aksesorisnya hampir menjadi kebutuhan primer, padahal jika di luar negeri adalah kebutuhan sekunder.
Sapta pokok (unofficial).
- Sandang
- Papan
- Pangan
- Powerbank
- Motor
- Kimcil
- Pendidikan
Sponsor relevan: target konsumen terjaring, produk dikenal, acara jalan terus.
Mana lagi yang menurut Anda acara berkualitas? apakah masih jalan sampai saat ini? dan apakah bakal bertahan lama?
Acara berkualitas identik dengan acara dengan dana yang besar.
Channel tv nasional tidak berani menayangkan acara ‘berbudget mahal’ tanpa support sponsor yang besar dan harus dipastikan ratingnya paling tinggi daripada pesaing.
Tapi, sebagus apapun itu, yang nonton jumlahnya malah segelintir.
Analoginya adalah: konser jazz (orang-orang borjuis) yang jumlahnya jauh lebih kecil daripada dangdut koplo (rakyat jelata).
Nah, siapapun Anda, jika Anda nonton TV nasional, maka Anda akan dianggap oleh yang punya channel sebagai rakyat jelata.
Kita asumsikan, jika Anda suka musik jazz yang fanatik, maka Anda akan mengatakan dangdut koplo nggak mutu!
Padahal faktanya, jumlah penggemar dangdut koplo jauh lebih menyebar daripada jazz.
Seperti itulah model bisnis yang dilakukan oleh tv nasional. Mereka nggak mau peduli dengan segelintir orang, asalkan emak-emak yang pulang dari pasar bisa menikmati sajian gosip dan pasrah saja menyaksikan iklan sabun colek.
Jika Anda tidak suka, dan Anda adalah orang high-class, mengapa nggak berlangganan tv premium sekarang juga? jika nggak mampu, just shut up.
Semoga njenengan memahami.
(mmd – serutup kopi malam)