Bener men, salah satu petikan lagu dari Four Twnty, “keluarlah dari… zona nyaman” cukup berpengaruh banyak bagi para pemuda-pemudi Indonesia. Dimana mereka merasa terkekang saat bekerja ikut perusahaan, dan ingin rasanya terbebas dari belenggu. Berbondong-bondong orang resign, dan ingin mandiri. Salah satu usaha yang kelihatannya “gue banget”, yakni sablon kaos dtg sangat diminati. Apakah profitable?
Sablon Kaos
Usaha ini sudah ada sejak jaman dulu. Sangat terbatas untuk mencari bahan baku, alat, dan sdm yang mumpuni. Namun sekarang, salah satu pendukung adalah kemajuan teknologi, dimana alat “home office” bisa menjadi “business”.
Printer DTG. Untuk mendapatkan mesin printer dtg yang mumpuni, paling tidak EPSON F2000, sesuai untuk kebutuhan bisnis. Namun, opsi dengan budget yang lebih terjangkau dengan fungsi yang dibilang sama, lahirlah DTG rakitan.
Yuk langsung kalkulasi bisnis sablon kaos digital dengan printer dtg rakitan.
Modal
- printer unit + tinta: 20 juta
- kaos polos stok 3 bulan, 900pcs 27 juta
Total 47 juta, itu yang sudah punya laptop sendiri, kalau belum yang tinggal tambahin 5 juta aja. Jadi 52 juta.
Pengen balik modal berapa bulan? apa? 3 bulan? oke…
Dihitung, modal satu kaos cotton combed (katanya combed 100%) harga 30rb. Biaya sablon: 20 ribu. Listrik air telepon, napas, 10 ribu. HPP=60ribu.
Mau dijual berapa? 100 ribu per-kaos. Gurih nyooyyy
Dalam sehari, minimal jual 15 pcs.
Maka, harga jual – hpp = 15 X 100.000 = 1.500.000
Sehari untung bersih 1.500.000 – (40.000X15)= 900.000. Maka dalam satu bulan, 900.000 x 30 = 27.000.000, otomatis 3 bulan, 3 X 27.000.000 = 81.000.000, wow, dapat untung gede. nilainya 81jt-52jt=bersih 29juta dalam 3 bulan.
Tapi geng, itu tadi hanya hitungan NGAAAAAWWWUUURRRRR sekali. Tapi juga bukan berarti hal tersebut mustahil. Ada juga yang bisa bahkan lebih dari itu. Namun dengan catatan, dia adalah: Pemain lama.
DTG hanya akan digunakan untuk konsumen yang order dalam jumlah kecil, dibawah 24 pcs. Pemain lama seperti ini hampir sudah banyak makan garam di dunia sablon. Sudah melakukan banyak riset, trial error, dan mengerti betul tinta seperti apa dan bahan kaos apa saja yang akan digunakan. Dan tentunya yang paling penting adalah, sudah punya pasar / langganan.
Bagaimana dengan pemain baru? jangan berharap terlalu besar.
Sudah tidak bisa lagi dihitung dengan jari korban dtg bergelimpangan. Dari 10 orang yang nyoba, hanya 2 yang profit, sisanya boncos.
Cerita sedikit:
Weerrr, admin lewat sebuah toko yang nggak jauh dari tempat saya tinggal. Baru dipasang plang, bertuliskan cetak kaos suka-suka. Ngasih harga 75rb bisa satuan. Mantabbb.
Maklum, namanya juga toko baru, hanya segelintir yang masuk.
Satu bulan kemudian, tidak ada perkembangan spesifik.
Dua bulan kemudian, melakukan promosi, banting harga! tertulis di depan toko, cetak kaos kustom mulai 50.000.
Whaattt????
Dari situ, saya sudah feeling. Ini berbahaya buat kesehatan toko tersebut.
Why?
Gini guys, jasa cetak kaos sablon, apalagi yang full color dengan mesin printer dtg itu gampang tapi susah, susah tapi gampang.
Gampang kalau dari customernya ngasih file gambar yang bagus, misal kaos buat gathering jumlahnya lumayan lah, 12 lebih.
Ada kasus dimana konsumen yang tidak mengerti bagaimana dunia percetakan itu bekerja. Contohnya adalah, dia mau cetak kaos mickey mouse.
Pelanggan tersebut mengambil foto lewat hpnya dari jam dinding yang ada di dalam rumahnya.
“Bang, ini gambar miki mos-nya, saya mau sablon banyak lho, dapat diskon kan? yang bagus yaa…. selesainya kapan, ini mau dipakai hari minggu buat kite-kite piknik ke Lebanon!” kata konsumen kepada penjual “oh ya, yang bagian bawah ditulis Happy Family 2020, bagian belakangnya kasih logo kecil aja bang, bisa kan? ga nambah harga lagi kan, lha gue mau cetak banyak lo bang, 20pcs!”
“Iya bisa!” dengan semangat si penjual melayani.
“Owh iya bang, lupa, ukurannya yang XXXL 5, XXL 10, XL 2, L 1, M 1, S1” kata pembeli “bulan ini lagi banyak kondangan bareng teman-teman Ibu-ibu PKK, jadi agak ndut dikit deh, hehe”
“Totalnya jadi 60rb X 20 = 1,2 jt” kata penjual
“Gak bisa dilempengin aja tuh jadi 1jt?” tawar si pembeli.
“Ya udah deh, tengah-tengahnya aja ya, 1,1 juta” jawab si penjual
“Ok deh bang” confirmed si pembeli “bang, dapat bonus nggak?”
“Owwwwwwwwwaassssyyyuuuuuu” bicara dalam hati si penjual. “bonus tempeleng mau?” tambah dalam hati yang paling dalam.
Sudah deal. Saatnya bekerja, cari desain miki mos di gugel. Dari jam 9 pagi sampai mau jam makan siang belum nemu juga yang sama persis. Mau nangis tapi udah gede, akhirnya tracing sedapatnya.
Giliran sudah jadi, ibu-ibu tadi gagal berangkan piknik, karena lagi ada baku tembak di Suriah hari Sabtu dan dijadwalkan selesai pada hari Senin waktu setempat. Ga ada kabar, kaos nggak diambil, padahal baru bayar DP 50%. Amsyoongg.
Pahit sekali.
Tapi kalau lagi hoki, ketemu orang affluent, simple.
“bang, gue mau cetak kaos nih buat pesta 50pcs” kata horang kaya. Desainnya sudah ada, tinggal cetak aja, hi-res”
“Asssyiiapp” kata penjual. “satu bajunya kena @75.000”
“Jangan bang, terlalu murah, gue kasih @100rb, tapi besuk jadi yaa”
“Anjaaayyy” senangnya di luar dugaan si penjual.
——– cerita dialog hanya fiktif belaka ——-
Balik lagi ke toko tadi.
Gara-gara terlanjur kasih harga murah, gagal angkat harga lagi. Apalagi sudah punya mindset mau ngelawan harga di marketplace seperti Tokopedia, Bukalapak, Shopee, ataupun Lazada yang terdapat harga kaos custom 40rb-an. Makin boncossss.
Bener, ga sampai 6 bulan, akhirnya toko gulung tikar, ruko di-over kontrak.
Bangkai mesin DTG dibawa pulang taruh di ruang tamu. Kaos diobral. Ngeness borrr…
Saya nggak tahu kelanjutan nasib si penjual. Mudah-mudahan sehat wal afiat dan menemukan bisnis yang lebih menguntungkan.
Bisnis kaos dengan Printer DTG tidak mudah
Kalau printer DTG nya lancar jaya, normal dan gak ada kendala, profit terlihat di depan mata. Gimana kalau tiba-tiba di cetakan yang ke-4 head mampet di tengah jalan. REJECT! minus…
Guys, bermain DTG rakitan sangatlah beresiko. Kalau mau maen harga murah, not recommended pakai printer DTG.
Harga jual kaos sablon DTG harus tinggi, dengan pertimbangan:
- Biaya maintenance, kalau mau irit, harus jadi teknisi printer dadakan, bolak-balik lihat tutorial youtube, tapi ga selengkap yang Anda bayangkan.
- Support tinta dan treatment yang tidak murah, dan butuh kehati-hatian.
- Tidak secepat vendor DTG mencetak gambar di kaos. Kadang miring, ga presisi, betul-betul jeli. Satu kaos bisa makan waktu 1jam lebih, mulai dari desain, nozzle check, cleaning, pre-treatment, basic, print, after-treatment-press-finishing.
- Harga jual printer DTG seken terjun bebas, kemarin ada yang nawarin cuma 6 juta, belum laku juga kayaknya.
Bagaimana kalau sudah ngotot pengen nyobain DTG?
Ga ada salahnya mencoba. Namun jangan terlalu berharap bisa kaya mendadak. Balik modal aja sudah prestasi luar biasa jika tergolong pemula.
Tips:
- Marketing. Inti dari usaha adalah penjualan. Sebagus apapun produk, se hi-tech apapun mesin, tapi tanpa penawaran yang bagus, non sense.
- Nyari pasar yang banyak
- Nyari pasar sebanyak-banyaknya.
- Nyari pasar sebanyak-banyaknya-sampe membludak
- Jika mau promo, tulis juga masa berlakunya promo.
- Sebelum beli mesin, cek juga after-salesnya. Apakah si vendor bersedia membantu jika terjadi masalah? kebanyakan sih enggak! logisnya, vendor lebih fokus menjual produknya lebih banyak lagi ketimbang ngurusin yang sudah ga spending money lagi. Kecuali, bilang “Pak, mesinnya bagus, saya mau beli 5 unit lagi” pasti cepat di respon.
- Ikuti forum, silaturahmi ke sesama pemain clothing. Bisnis model ini sebenarnya kurang bagus jika beranggapan dalam “persaingan”, tapi lebih bagus ke “positioning”.
- DTG rakitan, pada dasarnya Epson L1800, 1390 dll, adalah printer buat kertas dengan tinta kekentalan yang lebih encer daripada tinta dtg. Kurang maksimal untuk ke bahan garmen. Jelas beda head Epson F2000 dengan head epson L1800. Sekali mampet, buntu, berkerak, dan tidak bisa dicleaning lagi, maka siapkan budget 3juta untuk mengganti printhead yang baru.
- Namanya juga DTG rakitan, software ngeri-ngeri sedap, Untuk itu, perlu ketelitian lebih.
- Lakukan diferensiasi produk. Misalnya, membuat 5 brand berbeda. Tiap brand memiliki ciri khas tersendiri. Mana yang paling profitable, itu bisa dikembangkan.
- Berdoa.
Kesimpulan bisnis dengan printer dtg untuk pemula
Pemain pro saja banyak yang kepleset setelah mencoba terjun dengan mesin DTG. Terlebih pemula. Bukan nakutin, tapi ini sesuai data di lapangan. Banyak pemula yang akhirnya menjual lagi printer DTGnya. Atau printer DTG tersebut dipakai sekali dua kali sehari, lebih banyak menggunakan transfer paper, polyflex, dan sablon manual.
DTG hanyalah salah satu cara untuk cetak kaos. Beberapa tahun terakhir banyak yang memasang spanduk depan toko, “Sablon Bisa Satuan Dengan Mesin DTG” namun sepertinya, pengguna DTG rakitan akan mulai berangsur hilang. Yang bertahan hanyalah pemodal besar dengan mesin DTG asli.
Untuk bisa bertahan, market pastinya besar. Jika masih susah nyari customer base, maka perlu diferensiasi produk.
FYI:
- Sekarang mulai muncul inovasi baru, yakni mesin otomatis sablon manual. Mungkin ini bisa jadi opsi selain DTG rakitan.
- Profit dari salah satu vendor besar, dengan modal lebih dari 1 miliar, hanya profit 30 jt. Not easy boy.