Orang kaya itu relatif, mungkin kita bisa melihat sekilas orang kaya secara materi karena dia memiliki rumah bagus, mobil mewah, gadget serba layar lebar, dan kantong yang selalu tebal. Tapi itu hanya sekedar pandangan sekilas saja, pandangan orang dari sisi materi yang dimiliki si kaya. Apakah anda merasa termasuk benar-benar orang kaya?
Sepertinya anda sebaiknya melihat sisi diluar pandangan sekilas atau orang jawa menyebutnya sawang sinawang.
Ngomongin soal jawa, saya saat ini berada di Jawa dan menemui seorang tokoh desa setempat dan mendapatkan sebuah informasi yang mungkin bisa dijadikan bahan share aja.
Menurutnya, pepatah kuno ‘hemat pangkal kaya’ hanya berlaku untuk mereka yang masih dalam perjalanan menuju kaya. Sementara orang yang sudah kaya terlalu berhemat justru menunjukkan bahwa dia bukan benar-benar orang kaya.
Setuju, hemat memang perlu, apalagi boros merupakan salah satu ajakan syetan. Namun hemat bukan berarti membeli yang serba murah dan pelit.
“orang boleh kaya dengan rumah bagus nya, tapi untuk memasak di dapur, ia membeli gas tabung 3 kg, sementara mobilnya diiisi dengan bahan bakar jenis premium. Sudah jelas bahwa gas 3 kg dan bensin premium hanya untuk orang miskin, nhaa…” kata Bapak dengan senyuman khasnya sambil serutup kopi di pagi hari.
Hal ini sejalan dengan karya Erich Fromm yang menuliskan pada sebuah buku yang menerangkan bahwa modus hidup manusia itu ada dua, diantaranya untuk memiliki (to have) dan yang ke-dua menjadi (to be).
Ada orang yang mendasarkan kebahagiaan pada apa yang dimilikinya. Semakin banyak ia memiliki materi, ia semakin merasa bahagia.
Oleh karena itu, orang yang punya modus hidup “memiliki” cenderung menjadi tamak dan rakus, sebab dia akan terus mengumpulkan materi sebanyak mungkin. Kepentingan diri sendiri lebih dia utamakan daripada kepentingan orang lain. Dari sini sifat kikir itu muncul. Tetapi, pola hidup yang sehat adalah “menjadi”, yaitu bagaimana membuat hidup ini bermakna. Kebahagiaan diperoleh dari berbagi kepada orang lain, kebahagiaan diperoleh karena memberi. Orang lain bahagia karena pemberian kita, kita juga merasa bahagia karena telah ikut meringankan penderitaan orang lain.
Tanpa berbelit-belit, langsung saja kita sampai ke kesimpulan :
Kekayaan seseorang tidak hanya pada materi yang terlihat saja, akan tetapi kekayaan sejati ada 3 yaitu ‘mental kaya’, ‘kaya hati’ dan ‘kaya harta’. Harta yang dimiliki mungkin merasa semuanya dari kerja kerasnya sendiri, padahal semua itu tidak akan terlaksana tanpa melibatkan lingkungan sekitar. Jadi orang yang punya harta lebih bukanlah patokan utama benar-benar orang kaya, akan tetapi orang kaya sejati memiliki mental dan hati seorang jutawan / milyarder / milyuner sejati. Dan satu hal lagi, semakin besar kekutan yang dimiliki, semakin besar tanggung jawab.