Mendarat sejenak di warung kopi, namun saat itu sangat sepi. Ada yang beda dengan hari-hari kemarin. Jika kemarin di jalan ini ada sekumpulan anak punk, kini entah kemana perginnya mereka. Dan sedikit basa-basi, saya menanyakan situasi sepi tak seperti biasanya kepada si ‘Emak’ penjaga warung kopi.
“Iya mas, ramenya kalau malem minggu. Hari biasa kayak gini lengang…” Kata Emak.
Tanpa saya menanyakan hal lainnya, tiba-tiba saja Emak memberikan info soal anak punk. Ia menjelaskan keberadaan anak punk di wilayah tersebut memang dipandang berbeda oleh masyarakat. Meskipun demikian, Emak tak pernah merasa takut atau terganggu. Justru sosok Emak ini adalah sosok ‘Ibu’ dari anak punk.
“Kalau anak-anak punk tuh sebenarnya orang baik, bukan orang jahat. Emak tahu sendiri”. Tambahnya
Emak yang selalu menggelar warung kecilnya mulai sore sampai larut malam, tak pernah merasa dirugikan oleh kawanan punk yang selalu mondar mandir dan kadang tidur di seberang jalan tepat di depan warungnya.
Ia pernah menawarkan makanan dan minuman gratis kepada anak punk, tapi mereka menolaknya. Padahal, Emak ikhlas, dan tidak mengharapkan apa-apa karena begitu sayangnya kepada mereka.
Ketika mereka tidur, kadang di emperan toko dan harus diusir oleh polisi yang lokasi kantornya tak jauh. Emak pun menyarankan untuk tidur di sekitar gedung pertemuan. Tikar yang seharusnya dipakai untuk berjualan, ia rela untuk dipakai buat tidur mereka.
Menurut Emak, anak punk bukanlah penjahat. Tapi mereka butuh bimbingan dan kasih sayang dari keluarga. Emak pun juga pernah menyarankan kepada seorang ‘punk girl’.
“Sebenarnya sih, dia cewek cantik. Tapi ia milih di kehidupan anak punk, emak pernah nyuruh dia buat nyari kerja seperti orang pada umumnya. Tapi dianya hanya bisa jawab ‘nggak tahu mak, aku bingung’ begitu…”
Punk sendiri merupakan subculture dari genre musik punk rock. Dimana berkembang menjadi sebuah ideologi, fashion, dan literatur. Komunitas Punk sendiri jumlahnya sangat besar di dunia termasuk di Indonesia.
(Y)