Komputer, Komputer, dan Komputer… Entah mengapa saya tidak bisa lepas dari salah satu produk penemuan teknologi di abad 20 ini. Ya, saya telah mengenal komputer sejak umur 10 tahun pada tahun 1998. Dengan monitor cembung serta unit cpu dengan hardisk berkapasitas seadanya. Sedangkan untuk mengambil data memakai disket yang lebih besar lagi ukurannya daripada disket 3,5 Floppy. Dan sepertinya flashdisk saat itu belum lahir, masih dalam perjalanan dari planet Neptunus.
Berprofesi menjadi teknisi komputer katanya menyenangkan dan terlihat keren. Namun nyatanya apa yang saya alami sedikit pahit, mungkin karena saya hanya menjalani sebagai side-job saja. Sedangkan untuk orang yang benar-benar menjalani profesi ini mungkin saja memang mempunyai penghasilan banyak dan terlihat keren.
Berikut ini adalah pengalaman manis yang saya bagikan :
- Mempunyai relasi baru. Berawal dari sodara terdekat, kemudian teman, dan rekomendasi dari teman tersebut akhirnya kita menambah channel baru. Bahkan pernah dapat calon bini walaupun sekarang kandas di tengah gang… oops.
- Kepuasan Batin. Entah mengapa antara bekerja mengikuti aturan bos, berjualan produk / jasa mempunyai kepuasan yang berbeda. Jika mengikuti aturan bos ya memang begitu-begitu saja, sedangkan dalam berjualan produk atau jasa memiliki kepuasan tersendiri. Terutama dalam hal jasa, menolong orang itu adalah sebuah kebahagiaan tersendiri. Sedangkan bayaran yang diterima saya anggap sebagai ‘bonus’ saja. Soalnya saya mempunyai sifat “nggak tegaan”.
- Rokok tidak usah beli. Biasanya sih dikasih tambahan rokok, soalnya saya terkenal “Hard Smoker From Tobacco City”
Sedangkan pengalaman pahitnya menjadi teknisi komputer :
- Teknisi komputer kurang dihargai. Saya memang dulu tak memasang tarif karena menjadi teknisi bukanlah profesi utama, awalnya hanya ingin membantu sodara dan teman saja. Syukur di kasih duit, dikasih rokok doang juga nggak masalah, dikasih ucapan terimakasih juga oke-oke saja, dan paling kebangetan adalah nggak ngasih apa-apa. Terkadang saya berpikiran lebih enak tukang ojek, nggak usah cape-cape ngerakit komputer, install, troubleshooting dan dimintain koleksi puluhan game, ratusan film terbaru, ribuan lagu, dan beberapa software premium. Padahal kalo beli 1 game saja di toko game DVD saja harganya 75 ribu. Tenang aja saya sudah mengikhlaskannya kok, dan saya tetap selalu tersenyum 🙂
- Pasien : Gue juga bisa. Kebanyakan konsumen saat ini menganggap teknisi tidak diperlukan lagi, soalnya mereka telah tertolong oleh google. Memang betul google mencarikan banyak sumber pengetahuan, namun tak semua hal bisa diselesaikan lewat google. Kembali lagi saya berpikir untuk menjadi tukang ojek, ketika orang enggan naik ojek saya maka ia akan nelpon temannya ( anggap aja google ), kebetulan temannya sedang sakit keras dan kejang-kejang… ya udah jalan kaki saja.
- Trouble is a friend, yup teman terkadang sering merepotkan. Sekali lagi ini mungkin karena saya nggak tega an. Kronologinya gini, saya pas lagi nyantai tiba-tiba seorang teman datang suruh benerin laptopnya yang tidak berfungsi dengan baik, saya disuruh benerin. Sementara teman saya tadi nonton tv, minta dibikinin kopi, minta rokok, semakin lama saya benerin laptopnya makin habis rokok saya. Kebetulan ternyata laptop tersebut membutuhkan driver update dan harus download. Otomatis pakai data internet saya, apesnya lagi koneksi angot-angotan, rokok masih tapi beberapa batang saja. Satu jam kemudian selesai, udah beres kemudian ia segera pulang sambil melihat ke arah rokok tadi, eee diembat juga. Hahaha.
Dari pengalaman tadi, akhirnya saya berhenti menjalani profesi sebagai teknisi komputer. Namun tak sedikit pula yang masih meminta tolong kepada saya untuk sekedar merakit atau memperbaiki software maupun hardware. Dan pasti saya bilang oke, dikasih imbalan atau nggak, niat saya hanya membantu.
Bahkan ada yang meminta tolong untuk mengisi software untuk keperluan kuliah namun tak punya komputer, kemudian saya diminta beliin laptop memakai uang saya.