Apasih nongkrong itu?
Kita semua tahu, yang namanya nongkrong atau bahasa gaulnya ‘hang out’ adalah salah satu aktifitas sosial yang telah ada sejak lama. Mulai dari ngobrol ringan sampai ngomongin politik.
Namun apa yang saya lihat saat ini, orang telah sibuk dengan ponselnya masing-masing. Ntah akan sampai kapan pemandangan seperti ini akan terus berlangsung, apakah kegiatan nongkrong tradisional bakalan punah seperti dinosaurus?
Nongkrong sendiri
WhatsApp saya bunyi dan sebuah pesan plus foto temen-temen yang lagi ‘nongkrong’ sambil pegang hp masing masing. Yup, saya diajakin nongkrong sama temen-temen. Sepertinya asyik. Ada kopi sama rokko, a little piece of heaven.
Namun entah mengapa, saya lebih memilih keluar sendiri dan beranjak ke sebuah warung kopi. Saat itu sepi, bahkan warung sepertinya segera tutup. Maklum jam menunjukkan angka pukul 2 dini hari.
Walaupun sendiri, saya selalu yakin, pasti akan mendapatkan hal baru yang tidak terduga sebelumnya. Dan itu sering saya lakukan.
Pesanan kopi susu panas saya sudah disajikan. Pemilik warung, dengan basa-basi bertanya “kok sendiri aja mas bro?”
Saya jawab sambil bercanda “sama aja kan om, lagian temen-temen udah pada nikah, lagi sibuk di areanya, haha.”
Nah, gara-gara itu, si pemilik warung yang tadinya kelihatan ngantuk saat mengemas beberapa dagangan sisanya, tiba-tiba memandang saya dengan mata penuh pertanyaan, “umur kamu berapa?”
Waduh, buka kartu nih. Saya jawab saja jujur, padahal biasanya saya sambil bercanda mengaku 19 tahun kepada orang-orang yang belum kenal. Entah, di waktu dini hari, orang-orang akan sulit untuk bicara bohong.
Kemudian pemilik warung berusia 50 tahun itu menuju tempat duduk bersebelahan dengan saya dan bilang, “paling nggak, umur 30 – 31 udah nikah”
Sambil pasang muka bego saya mengiyakan perkataannya “owh, gitu ya”
Dimulai dari obrolan ringan tadi (sebenarnya sih agak nyebelin hehe), sampai akhirnya berbicara panjang lebar, saya sadar, dengan mendengar dan melihat cara berbicaranya penjual kopi yang satu ini memiliki background terpelajar.
Dan ternyata benar, dia adalah lulusan perguruan tinggi salah satu kampus di Jogja. Dan kebetulan dia juga alumni SMP dimana saya sekolah dulu. Jadi, kami makin akrab saja seperti bapak sama anak.
Walaupun punya gelar akademis, ia tidak pernah menyesali untuk berwira usaha.
Jualan kopi demi pendidikan anak
Kesuksesan tidak selalu dinilai dari berapa materi, jabatan, atau pangkat.
Beberapa hari sebelumnya, saya sempat bertemu seorang guru Bahasa di SMA tempat saya sekolah dulu, hobinya mancing hampir tiap hari pulang mengajar. Memang, guru terihat lebih terdidik, namun soal wawasan, saya kira penjual yang satu ini tidak kalah. Maaf, bukan bermaksud mbanding-mbandingin, namun seperti itulah yang saya temui.
Keterampilan ada dua, yakni “hard skill” dan “soft skill”. Hard skill lebih cenderung pada kemampuan teknis, sedangkan soft skill lebih pada kemampuan generic. Jika keduanya dipadukan, luar biasa.
Walaupun hanya sebatas menggelar dagangannya di sebuah etalase, namun pemilih warung tadi telah mempelajari banyak hal. Banyak makan garam. Berdagang adalah passionnya. Siapa sangka, ia telah menyekolahkan anak-anaknya sampai wisuda.
“Pendidikan itu sangat penting. Tidak harus kuliah di universitas ternama dan memamerkan gelar, namun bagaimana cara menggali potensi kita melalui dunia pendidikan. Intinya, bagaimana mengubah pola pikir lebih maju, misalnya dari penakut menjadi pemberani, dari pemalu menjadi supel,” tuturnya.
Semua orang punya masalah
Tentu saja, dalam kehidupan ini pasti semua orang memiliki masalah. Namun tak semua orang sanggup menghadapi masalah, bahkan sampai-sampai bunuh diri.
Menurutnya, ada sebuah cara bagaimana mengatasi sebuah masalah, yakni dengan besar hati yang positif.
“semua masalah sebenarnya tak lebih besar dari kekuatan yang ada dalam diri kita, maka injaklah masalah itu.” quote yang keren!
Sebagai contoh, ketika kita ingin menyeberangi sungai dan tidak ada jembatan. Ada dua pilihan: lanjut atau menyerah. Jika ingin maju, kita harus berenang untuk mencapai seberang. Jika kita tidak bisa berenang, jangan takut untuk melangkah melewati bebatuan walaupun beresiko tergelincir.
Pelajaran tidak hanya didapat dari sekolah saja, bahkan di tempat yang tak terduga kita bisa memperoleh informasi dan inspirasi. Ini adalah cara nongkrong yang sering saya lakukan, bukan nongkrong mantengin hp masing-masing.
Semoga menginspirasi.