Jarak dari Borobudur hanya sekitar 15 menit. Kamu akan melihat sebuah rambu “Plataran Borobudur,” itu adalah nama dari sebuah hotel dan restoran. Hanya mengikuti arah ke hotel Plataran. Kemudian, menemukan sekolah dasar (SD) di sebelah kiri jalan, di depannya ada arah untuk berbelok ke kanan, masuk “BUKIT Rhema”. Dan disekitar situ kamu akan menemukan sebuah bagunan berbentuk mirip ayam.
Orang-orang diperbolehkan masuk ke bangungan yang disebut gereja ayam dan bisa menaiki tangga sampai atas. Untuk sampai ke puncak, pengunjung dikenakan tarif ‘gansal ewu’
Ditinggalkan, tapi ramai
Gereja Chicken terletak di Bukit Rhema, salah satu dari beberapa perbukitan di sekitar Kabupaten Borobudur, Magelang. Menurut masyarakat sekitar, Gereja Ayam sudah tidak terpakai sejak tahun 1990-an. Gedung ini pernah digunakan sebagai tempat tinggal, sebelum menjadi sebuah gereja.
Gereja Ayam ini dihiasi dengan ornamen yang indah dan vintage, ada tangga yang memiliki bentuk yang aneh digunakan untuk naik ke lantai atas, ruang terbuka yang luas, sebagai tempat untuk berdoa seperti gereja. Sementara di lantai bawah, ruang yang luas.
Meskipun Chicken Church lama yang tidak dihuni, telah diabaikan, dan telah ditumbuhi oleh vegetasi, tetapi bangunan masih berdiri dengan kokoh. Banyak orang mengunjungi gereja ayam karena tertarik pada keindahan dan keunikan. Tidak sedikit dari mereka yang menggunakan tempat ini sebagai lokasi untuk berburu.
Bukan bentuk ayam, tapi merpati
Banyak orang menganggap bangunan ini seperti ayam, yang sedang duduk di tanah dan di kepala ada mahkota. Daniel Alamsjah, pendiri bangunan itu mengklaim bahwa bukan merupakan bentuk ayam, tapi merpati!
Daniel memberikan alasan mengapa ia mendirikan bangunan. Awalnya, Daniel mendapat pesan dari Tuhan, untuk membangun rumah ibadah dengan bentuk burung merpati.
Karena Daniel adalah seorang Kristen, banyak orang mengira dia membangun sebuah gereja. Dia menegaskan bahwa bangunan itu bukan gereja. Tapi, rumah doa bagi mereka yang percaya pada Tuhan. Ini berarti semua agama. Pada tahun 1989, saat bepergian ke Magelang (di mana keluarga istrinya berasal), Daniel memperoleh inspirasi dari mimpinya. Dia melihat pemandangan indah di bukit, yang terletak persis mimpi. Dia berdoa sepanjang malam di sana dan mendapat pencerahan bahwa ia harus membangun rumah doa di tempat itu.