Untuk kita-kita yang lahir di tahun 1980-an, mungkin saat masih remaja lebih sedikit mendengar negara Korea, baik itu Korea Selatan (Korsel) maupun Korea Utara (Korut). Saat itu, 90-an sampai awal 2000-an, lebih banyak mendengar Hongkong atau Taiwan. Contohnya nonton film Andi Lau yang endingnya selalu ngenes, seringnya mati, dan banyak film lainnya dari Hongkong.
Atau nonton film Meteor yang ada Tomingse-Sancai dan segerombol anggota F4 dari Taiwan. Tapi sekarang, kedua negara tersebut tercover oleh Korea Selatan yang semakin maju hampir di segala bidang. Padahal enam dekade lalu, Korea Selatan tercabik perang saudara dan penduduk yang hidup dalam kemiskinan. Tapi kini, Korea Selatan menjadi salah satu Macan Asia dalam perekonomiannya.
Kok bisa ya?
Dikutip dari Liputan6
Melesatnya ekonomi Korea Selatan memang membuat dunia kagum. Tanpa memiliki sumber daya alam seperti minyak atau hutan dan geografisnya yang keras tidak membuat Korea tak bisa apa-apa.
Selepas perang saudara dengan Korea Utara yang berlangsung 1950-1953, Korea Selatan terus bangkit membangun ekonominya hingga menjadi negara maju seperti sekarang ini.
Profesor Seong-Kon Kim, PhD yang pernah menjadi dekan di Seoul National University memberikan penjelasan tentang kunci suksesnya ekonomi Korea kepada peserta The 2nd ASEAN-ROK (Republic of Korea), Next Generation Opinion Leaders Program. Sebuah program dari Korea Foundation selama 15-21 Nopember 2015 yang diikuti perwakilan jurnalis dari 10 negara ASEAN.
Profesor Seong-Kon menyebut tiga kunci yang menjadi kesuksesan Korea Selatan menjadi negara dengan ekonomi yang maju.
1. Pemimpin yang punya visi
Usai perang saudara, pemimpin Korea Selatan memutuskan untuk lebih meningkatkan perekonomian yang bisa mengangkat derajat hidup warganya dan tidak terlalu fokus pada ekonomi militer seperti yang dilakukan tetangganya Korea Utara yang memperkuat ekonomi untuk kepentingan militer.
“Sejak tahun 1960, Korea memutuskan menjadi negara industri dengan fokus pada 3 hal yakni elektronik, otomotif dan perdagangan produk keduanya ke seluruh dunia,” kata Profesor Seong-Kon.
2. Bangsa yang tekun
Minimnya sumber daya alam membuat bangsa Korea tidak dimanjakan oleh alamnya. Sebaliknya menghadapi iklim yang ekstrem, orang Korea harus bisa bertahan. Ketekunan yang dimiliki orang Korea berbuah menjadi budaya kerja yang pantang menyerah dan pentingnya sebuah ketekunan untuk menjadi sukses.
3. Bantuan finansial dari Amerika (Marshall Plan)
Amerika yang menjadi sekutu dan yang membantu Korea Selatan saat perang saudara diakui Profesor Seong-Kon memiliki peran penting di awal-awal kebangkitan Korea. Menurut Profesor Seong-Kon, sebagai bangsa yang baru saja terpuruk setelah perang, memiliki sekutu yang bisa membantu sektor keuangan sangat diperlukan. Namun bantuan keuangan ini tidak membuat Korea terjebak dalam lingkaran hutang seperti yang dialami banyak negara berkembang.
Bantuan yang diberikan Amerika tidak hanya finansial melainkan juga transfer teknologi dan pengetahuan yang akhirnya sangat berguna untuk Korea dalam pengembangan industrinya.
Terbukti dengan 3 kunci itu, ekonomi Korea kini menjadi sangat maju. Produk teknologi Korea diakui dunia seperti KIA, Samsung, LG, industri perkapalan, industri baja, kereta api cepat (KTX Bullet Train) dan banyak lagi.
Korea kini menduduki peringkat 8 dunia untuk perdagangannya setelah Amerika, China, Jerman, Jepang, Prancis, Belanda dan Inggris. Orientasi ekonomi pada ekspor menjadi salah satu pendongkraknya.
Besaran atau ukuran ekonomi Korea Selatan juga menduduki peringkat 12 dunia. Sebagai negara yang menganut paham demokratis, Korea berhasil mengangkat kesejahteraan warganya yang pada 2015 memiliki pendapatan per kapita 28 ribu dolar AS per tahun. Bahkan sebagian besar kelompok masyarakatnya punya pendapatan per kapita 50 ribu dolar per tahun.
Industri MICE
Maraknya aktivitas ekonomi membuat Korea banyak mengadakan pameran atau acara-acara dengan kelas internasional. Efeknya, bisnis MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) ikut tumbuh subur.
Salah satu pameran yang digelar adalah ASEAN Trade Fair 2015 yang berlangsung 18-21 Nopember 2015 di Coex, Seoul Korea. Pameran ini diikuti 10 anggota ASEAN yang bertujuan meningkatkan volume perdagangan, investasi, pariwisata serta memperkaya pertukaran budaya. Masing-masing negara menyajikan produk lokalnya untuk mengambil peluang di pasar Korea serta kesempatan mendapatkan investor.
Ada 10 perusahaan dari Indonesia yang ikut pameran ini yakni PT Fruit-Ing Indonesia, PT Garudafood Putra Putri Jaya, PT Indo American Seafoods, PT Indokom Citra Persada, PT Insan Citraprima Sejahtera, PT Kampung Kearifan Indonesia, PT Manohara Asri, PT Mushroom Factory Indonesia, PT Pondan Pangan Makmur Indonesia, PT Toba Surimi Industries.
Sekjen ASEAN Korea Centre Kim Young-sun mengatakan ASEAN sangat penting sebagai partner Korea, karena kumpulan negara ini memiliki pangsa ekonomi yang besar.
“Korea juga ingin memperkecil kesenjangan dengan ASEAN dengan melakukan capacity building dan integrasi yang lebih baik dengan ASEAN,” ujar Kim Young-sun.
Tak cuma marak acara pameran perdagangan, Korea juga berhasil menjadi tuan rumah Piala Dunia bersama Jepang pada 2002 dan tuan rumah pesta Olimpiade pada 2018. Perlombaan olahraga tingkat dunia seperti ini tak ayal ikut meningkatkan industri MICE negeri ginseng.
Ekonomi K-Pop
Keberhasilan di bidang industri rupanya membuat penduduk Korea menjadi lebih kreatif. Industri seni seperti film, drama TV dan musik K-Pop menjadikan bisnis kreatif ini menyumbang banyak pendapatan negara.
Keberhasilan Hallyu atau Korean Wave, dimulai sejak tahun 1993 ketika pertama kali drama Korea masuk ke televisi di China. Drama Korea yang moderen tapi juga tetap mengusung nilai-nilai tradisional Korea ternyata sangat kena dengan kebutuhan hiburan masyarakat China.
Setelah dari China, gelombang budaya Korea juga marak di negara Asia lainnya mulai dari Jepang, Vietnam, Indonesia, Filipina dan hampir semua negara di Asia Tenggara.
“Gelombang budaya Korea mencapai puncaknya ketika beberapa artis Korea mampu menembus Amerika, Inggris, Prancis,” ujar Profesor Seong-Kon.
K-Pop dengan deretan kelompok musik seperti Girls Generation, Super Junior, Big Bang sampai penyanyi Psy dengan lagu Gangnam Style, mampu menyihir pencinta musik global. Psy sampai diundang Presiden AS Barack Obama.
Artis Korea pun bisa menembus perfiliman Hollywood seperti Claudia Kim yang berperan sebagai Dr Helen Co di film Avengers 2. Ada juga aktor Stephen Yeon yang bermain di serial TV Walking Dead. Sementara film kartun Pororo mendulang untung hingga 100 juta dolar AS per tahun.
Pemerintah Korea kini memberikan dukungan yang besar kepada para seniman film maupun musik karena industri kreatif ini memberikan pemasukan devisa yang besar.
Tak cuma kecantikan dan ketampanan artis dan aktor Korea yang membuat orang-orang di belahan dunia lain ingin menirunya. Gaya busana dan make up ala Korea kini menjadi idola kaum wanita.
Pariwisata Melejit
Imbas dari keberhasilan drama Korea salah satunya adalah banyak turis yang datang ke Korea. Tempat-tempat indah dan menawan dalam drama TV membuat orang-orang dari belahan dunia penasaran melihat langsung Korea.Tempat-tempat seperti dalam film Winter Sonata di Pulau Jeju atau drama lain di seputaran Seoul dengan pemandangan metropolitan dan istana kerajaan menjadi daya tarik wisatawan.
Saat ini wisatawan dari China menduduki peringkat nomor satu kunjungan ke Korea yang mencapai 10 juta per tahun. Bayangkan negara dengan penduduk hanya 50 juta itu bisa meraup devisa besar dari sektor pariwisatanya dari belanja turisnya.
Turis tak cuma jalan-jalan, mencoba makanan korea atau membeli make up Korea. Kecantikan orang Korea yang kini sudah sangat akrab dengan operasi plastik, membuat banyak orang memilih Korea sebagai tempat operasi plastik.