Seorang muslimah muda berusia 21 tahun, But Maira Salim mau tak mau harus keluar dari rumahnya untuk tetap beraktifitas seperti kebanyakan orang. Yang berbeda adalah dirinya mendapatkan paling tidak ada beberapa pertanyaan mengenai dirinya, karena ia merupakan kaum minoritas di Amerika Serikat.
Pertanyaan yang paling sering adalah mengapa dirinya memakai hijab dan banyak juga pertanyaan lainnya tentang Islam.
“Do they make you sleep in it?”
“Is it allowed to touch the ground?”
“Can you hear me in that?”
Maira menanggapi pertanyaan dengan santai, dia justru selalu menghormati pertanyaan dari orang-orang disekitar, semisal dengan menjawab ‘really?’ atau ‘are you serious?.’ Ia juga selalu berhati-hati dengan jawaban untuk orang-orang yang semakin penasaran dengan jilbab yang ia pakai dan kepercayaannya sebagai muslim.
“I never wanted to be the weird religious girl,” kata Maira, yang telah menjadi warga United States of America sejak berusia 19 tahun – bersama keluarga dari Pakistan.
Kebanyakan orang Amerika kurang memiliki pengetahuan dasar tentang Islam. Maira pernah mengalami hal yang tidak mengenakkan ketika di sebuah jalan dekat lampu lalu-lintas, seorang wanita tiba-tiba menurunkan kaca jendela mobilnya dan bersuara lantang, “Go back to your own country!” (kembalilah ke negara asalmu).
Sebagai ketua Asosiasi Mahasiswa Muslim di Wichita State University, Maira mulai mengenakan lencana bertuliskan : “I’M MUSLIM, ASK ME A QUESTION” (aku muslim, tanyakan padaku sebuah pertanyaan). Tapi menurutnya itu belum cukup. Terlepas dari berapa kali dia menjawab pertanyaan dari kelompok yang tidak pernah paham dan tidak pernah puas.
Peristiwa 11 September adalah hal yang paling sulit untuk seorang Muslim di Amerika Serikat, Maira menjelaskan bagaimana seorang muslim menanggapi hal ini. Dia belajar dalam waktu yang lama untuk bertahan hidup, ia tidak bisa membiarkan dirinya ditentukan oleh kekhawatiran.
“Ini bukan apa yang saya perjuangkan,” katanya “Anda harus menunjukkan kepada orang-orang bahwa ada orang baik di dunia ini,” kata Maira.