Sebanyak 50 seniman berkolaborasi untuk mendukung para penderita kanker. Bentuk dukungan ini adalah berupa kursi klasik yang dihias.
Setiap seniman memiliki kisah sendiri yang dituangkan dalam kreasi pada sebuah kursi. Kursi-kursi ini nantinya akan dijual atau dilelang kepada masyarakat luas. Dana yang diraup, akan digunakan untuk membantu pengobatan penderita kanker.
“Kursi sangat umum di hidup kita. Kursi juga ada di mana-mana. Kita biasanya menerima (kursi) begitu saja,” ujar Founder Chairity Indonesia Ismis Iskandar saat konferensi pers di Plaza Indonesia, Jakarta, Rabu (6/4/2016).
Kursi, lanjut dia, adalah benda penting yang digunakan oleh semua orang, siapapun tanpa melihat dari mana ia berasal dan apa statusnya.
Benda ini juga digunakan pada semua keperluan, mulai dari saat bekerja, beristirahat, berkomunikasi, hingga saat makan.
Seringkali, kursi dianggap biasa dan tidak diperhatikan. Namun, berbeda halnya jika kursi tersebut adalah milik sendiri dan didekorasi secara khusus.
“Saya berpikir bagaimana menjual kursi, tapi kalau desain sendiri tidak bakal laku. Untuk itu, saya undang seniman, dan muncullah konsep ini,” jelas Ismi.
Konsep tersebut adalah bagaimana menyatukan para seniman untuk mengekspresikan pengalaman mereka tentang penyakit kanker pada sebuah kursi. Konsep ini kemudian dilahirkan dengan nama Chairity.
Tahun ini, jumlah kursi yang dijual adalah 53 kursi. Seniman yang terlibat di dalamnya, berasal dari berbagai daerah di Indonesia, bahkan dunia.
A chair is probably the most essential piece of furniture used by everyone, regardless of origin and status. It is also an infrastructure used in every setting; work, rest, communicate, dine, etc. More often than not, a chair is taken for granted and left unnoticed, unless it has very distinguishing characteristics, for example; visual or tactile appeal and comfort.
We know the existence of cancer. We know it is the number one killer in most parts of the world. We know that it can affect anyone, regardless of their well being. BUT, until it hits someone close to us, or ourselves, we do not realise the pain and sufferings cause by this disease can.
Similar to a chair, we know the existence of cancer and often take this disease for granted, hoping that we or the people close to us will not be a victim of it..
Chairity diselenggarakan pertama kali pada 2012. Acara perdana tersebut ternyata di luar perkiraan, karena mendapatkan dukungan luar biasa, baik dari seniman maupun masyarakat luas. Terdapat 35 buah kursi yang didesain oleh 25 seniman dari berbagai latar belakang. Lebih dari 120.000 dollar AS berhasil dikumpulkan dari penjualan kursi, dan 78 persen hasilnya diberikan kepada penerima tunggal.
(hrz/ref:tribunnews,fp:CHAIRITY Arts & Design Against Cancer)