Artikel ini berisi tips yang ditulis oleh : Ike Wardana
Menjadi guru yang menyenangkan merupakan sebuah harapan bagi setiap guru. Saya tidak ingin seorang siswa pun berpikir bahwa cara mengajar saya tidak enak. Juga, saya tidak ingin ada seorang pun siswa yang benci kepada saya. Jadi butuh cara-cara tertentu agar harapan kita itu bisa terwujud.
Saya tentu bukanlah seorang pakar pendidikan atau seorang pakar strategi belajar mengajar. Namun di sini saya akan mencoba membagi apa yang saya ketahui dan apa yang saya alami mengenai cara bagaimana agar menjadi guru yang menyenangkan.
Hal yang sangat penting untuk diperhatikan adalah persiapan mengajar. Apa saja yang butuh dipersiapkan. Tentu saja salah satunya adalah persiapan rencana pembelajaran (lesson plan).
Rencana Pembelajaran
Ini sangat membantu kita agar ketika di kelas kita tidak bingung hal-hal penting apa saja yang mesti dilakukan.
Bagi kita yang sering menulis agenda harian, tidaklah sulit bagi kita untuk melaksanakan hal ini. Bahkan, rasanya ada yang kurang jika saja kita tidak melakukan persiapan ini. Kalau saya pribadi, tidak terlalu bergantung dengan bentuk-bentuk baku rencana pembelajaran.
Bagi saya, yang terpenting adalah sebelum masuk kelas kita sudah membayangkan apa yang akan terjadi jika kita melakukan ini dan apa yang tejadi jika kita melakukan itu. Saya biasa menulis rencana ini di buku agenda saya, berbeda dengan rencana pembelajaran yang bentuknya sudah baku yang lebih berfokus pada materi pelajaran yang akan disampaikan.
Saya sering mengimajinasikan suasana kelas yang akan saya masuki besok dengan mempertimbangkan karakteristik dominan siswa yang ada di kelas tersebut. Misalkan besok saya akan masuk kelas X4 untuk memberikan materi baru. Kelas ini termasuk kelas yang dominan siswanya tidak bisa belajar jika terlalu serius. Maka kita harus memikirkan bagaimana caranya agar pembelajaran yang akan kita lakasanakan berjalan dengan terlalu serius.
Kita bisa siapkan lagu, yel-yel, atau gerakan-gerakan yang bisa digunakan dalam pembelajaran nanti. Nah, prosedur games atau isi dari lagu atau yel-yel ini lah yang maksud saya tidak bisa dimasukkan di dalam rencana pembelajaran. Kita mesti menyiapkannya di tempat yang lain.
Coba bandingkan jika saja kita mempersiapkan ini beberapa menit sebelum masuk kelas, maka persiapannya tidak akan optimal. Jika kita melakukan persiapannya dari malam harinya, kita bisa berlama-lama mengimajinasikan ide-ide pembelajaran yang menyenangkan. Kita juga bisa meminta bantuan Paman kita yang terkenal “Paman Google”.
Penampilan, Kebugaran, dan Disiplin
Jika malam harinya kita sudah siap dengan rencana pembelajaran, maka bisa dipastikan pagi harnya kita akan bersemangat dan tidak sabar menjajal kemampuan mendidik kita. Nah, semangat ini akan lebih baik jika dipadukan dengan penampilan kita yang bisa membuat kita lebih PEDE.
Kemudian juga kita mesti memastikan badan kita fit. Jangan sampai ketika mengajar ketika menunjukkan muka yang lesu sehingga tampak tak ikhlas dalam mengajar. Setelah itu hal yang mesti diperhatikan adalah kita harus memastikan bahwa kita datang tepat waktu. Percayalah! Jika kita mengajar dengan menyenangkan, materi tersampaikan dengan baik, dan ditambah dengan konsistensi kita untuk masuk kelas tepat waktu, maka kita akan lebih dicintai oleh siswa-siswa kita.
Memang, banyak siswa yang merasa tak biasa atau merasa keberatan jika guru datang tepat waktu. Jika memang begitu. Kita bisa menggunakan waktu kita di awal untuk “ngobrol” dengan siswa, menanyakan kabarnya, mencari kesamaan kita dengan siswa seperti menanyakan hobi, dan lain-lain sampai mereka pada waktunya pembelajaran siap di mulai.
Sentuhan Awal
Setelah mantap dengan segala persiapan. Saatnya untuk beraksi “SHOW TIME!!!” Sebelum bel berbunyi, seluruh perlengkapan mengajar sudah siap untuk kita bawa menuju tempat “suci” bernama kelas. Lupakan masalah pribadi. Yang ada di pikiran kita hanyalah “kita, murid, dan pembelajaran.”
Dari kantor menuju kelas, berjalanlah dengan tenang dan senyum yang berwibawa. Sapa dan lepaskan senjata senyum kita kepada setiap murid atau guru lain yang berpapasan dengan kita. Bersemangatlah, rasakan seolah-olah murid-murid di kelas siap menyambut kita dengan senyum mereka yang terbaik.
Hampir tiba di dekat pintu kelas, tahan dulu langkah dan jangan buru-buru untuk masuk kelas. Pastikan dulu semua murid atau setidaknya sebagian besarnya sudah siap di kelas. Panggil murid yang masih belum masuk ke kelas, tunggu mereka
dengan senyum sayang kita.
Jika sudah kenal dengan nama-nama mereka, cobalah untuk berbasa-basi dengan menyinggung nama mereka sekaligus memberikan pujian atau perhatian, misalnya “wah Des, kayaknya hobi warna jilbab coklat yah”.
Nah, murid yang biasa kita perhatikan di luar kelas biasanya akan menaruh perhatian yang besar kepada kita saat belajar di kelas. Makanya, banyak-banyaklah menyinggung nama murid ketika bertemu di luar kelas, misal ketika mereka sedang berkumpul di kantin kita bisa berkata “wah, geng kamu namanya pa Gung? Tarix Jabrix.hehe”.
Hal ini juga bisa dipakai untuk mengatasi murid yang susah diatur di kelas. Mereka ini harus sering-sering diberi pendekatan di luar kelas agar ketika di dalam kelas mereka segan untuk berbuat masalah.
Ketika murid sudah masuk semuanya, kita pun bersiap-siap masuk kelas dengan memasang senyum dan siap melepaskan sapaan sayang kepada murid-murid kita terkasih. Senyum ini penting. Di dalam otak ada yang namanya saraf peniru atau mirror neuron. Mirror neuron adalah struktur syaraf yang selain membantu kita pada kemampuan ber-empati juga sekaligus meniru, dan menariknya kemampuan meniru ini adalah di luar kesadaran kita. Bekerjanya di luar kesadaran ini, menurut psikolog John Bargh dan Tanya Chartrand, disebabkan karena kita sebenarnya tidak nyaman dengan proses peniruan ini karena kita merasa yakin bahwa kita adalah manusia yang otonom.
Salah satu contoh bekerjanya “mirror neurons” ini adalah ketika kita melihat di TV seseorang melukai orang lain maka “mirror neurons” kita akan merespon seakan-akan hal itu mengenai kita juga. Perlahan akan menelusup perasaan yang sama seperti yang dirasakan oleh yang sedang disakiti seperti yang diperlihatkan oleh TV.”
Nah, jadi penting untuk senyum karena rasa bahagia yang ditunjukkan dengan senyum kita ini akan direspon murid dengan perasaan yang sama. Dari sini kita pun tahu bahwa memang benar jika dikatakan “senyum itu menular”.
Setelah itu, berhentilah tidak jauh di dekat pintu ketika sudah masuk ke dalam kelas. Sebelum duduk ke meja guru, kita bisa memulai dengan menanyakan kabar mereka, melihat-lihat apakah ada masalah pada murid kita, siapa yang tidak masuk, kenapa si anu tidak masuk, bagaimana pelajaran sebelumnya, banyak pr atau tidak tidak, dan lain-lain.
Dari jawaban-jawaban mereka kita bisa bertindak seolah-olah sebagai teman curhat mereka, misalnya sebelumnya mereka belajar dengan guru yang ternyata tidak mereka sukai atau ada dari antara mereka yang terkena kasus perkelahian, pertama-tama kita bisa memberikan penghargaan dan pengertian kita untuk memberikan persepsi bahwa kita ada di pihak mereka.
Tapi ingat, walau pun misalnya kita tidak sependapat atau sejalan dengan tindakan guru sebelumnya atau kita tidak sependapat dengan cara penyelesaian kasus perkelahian murid, kita tetap harus menjadi pihak penengah, jangan sampai kita justru mengajarkan murid-murid kita untuk menjelek-jelekkan orang lain. Hal ini memang, saya rasa, biasa dihadapi oleh guru-guru idealis dan dan mempunyai wawasan kependidikan modern yang tidak sama dengan cara-cara guru konvensional, misalkan saja masih ada guru yang masih suka mencela anak dan melabeli anak dengan sebutan-sebutan negatif.
Saat memulai kelas, pastikan murid relaks dan siap belajar
Inti dari kegiatan awal adalah kita harus memastikan bahwa murid-murid kita dalam keadaan relaks dan siap belajar. Ini sangat penting terlepas bahwa untuk mewujudkan hal ini terkadang sulit karena kendala sarana dan prasarana sekolah, misal keadaan kelas yang memang tidak memungkinkan murid untuk bisa relaks, seperti penerangan yang tidak baik, kondisi kelas yang panas, dan lain-lain. Tapi bagaimanapun juga kita harus mencoba mencari cara agar mereka relaks dan senang ketika belajar.
Kondisi di awal pelajaran ini sangat dipengaruhi oleh kegiatan-kegiatan murid sebelum dan sesudahnya. Akan berbeda kondisinya jika jam mengajar kita dilaksanakan di jam pertama, setelah pelajaran matematika, setelah istirahat, setelah olahraga, atau sebelum pelajaran di mana banyak di antara mereka yang belum menyelesaikan PR dari pelajaran itu. Nah, inilah sebenarnya kelemahan PR. Kelebihannya mungkin banyak, mungkin.
Untuk mengatasi masalah di atas, tentu kalian bisa cari cara sendiri, beberapa di antaranya adalah memberikan motivasi, games, mengajak murid untuk curhat (menjadi pendengar yang baik), dan nonton film (sebagai apersepsi/brainstorming) bahasan kita saat itu).
Buat “rule of the game” khusus untuk pejaran kita
Untuk keteraturan dan efektifitas pembelajaran , kita bisa membuat peraturan kelas bersama-sama. Peraturan ini berbeda dengan peraturan yang sudah ditetapkan sekolah, namun peraturan yang akan kita buat ini tetap harus sejalan dengan peraturan sekolah.
Selanjutnya, awalnya saya ingin tulis begini :
“Tapi, menurut saya, jika memang diperlukan tak masalah jika harus melanggar peraturan umum yang sudah ditetapkan di sekolah khusus di kelas kita, misalnya membolehkan minum (dengan catatan, misalnya siswa tidak diperbolehkan meminta minum orang lain-membawa sendiri).”
TAPI KARENA SEJAUH INI BELUM TAHU HUKUMNYA BOLEH ATAU TIDAK DALAM AGAMA-MAKSUDNYA MENGIZINKAN MURID MINUM UNTUK KEPENTINGAN KELAS SEDANGKAN PERATURAN SEKOLAH TIDAK MEMPERBOLEHKAN, JADI NGGAK JADI, SAYA RALAT–> tetap ikuti peraturan sekolah. Ya bilang saja pada murid “sebenarnya ibu/bapak ingin memprbolahkan kalian minum di kelas, tapi karena peraturan sekolah tidak memperbolehkan, kalian kalau haus dan butuh minum silakan izin untuk keluar sebentar, karena peraturan sekolah hanya mengatakan dilarang minum di dalam kelas.
Dalam hal ini sebenarnya saya lebih berpahaman bahwa yang penting untuk diperhatikan terlebih dahulu adalah bagaimana agar siswa kita senang untuk sekolah, senang untuk belajar di kelas di mana kita sebagai gurunya. Selebihnya mereka bisa kita arahkan untuk benar-benar menyukai pelajaran yang kita ajarkan atas kesadaran mereka sendiri.
Bisa kita lihat betapa banyak siswa yang tidak semangat untuk sekolah hanya karena peraturan sekolah yang terlalu keras dan tidak toleran dalam hal-hal yang bisa ditoleransi, tidak sesuai dengan perkembangan psikologi mereka sebagai remaja yang emosinya masih labil dan tidak memberikan banyak kebebasan agar mereka bisa belajar sesuai dengan gaya belajar mereka.
Mengenai minum, saya ingin menunjukkan beberapa kutipan yang menjelaskan bahwa tak masalah jika minum di dalam kelas :
“Otak membutuhkan lebih dari 60 % cairan di banding dalam keadaan normal, itulah yang menyebabkan kita cenderung haus bila dalam keadaan berfikir, dan apabila tubuh kekurangan cairan, maka otak akan mengambil dari dalam darah, yang akan menyebabkan tingkat kekentalan darah meninggi, darah yang mengental dapat menyebabkan berbagai masalah kesehatan, diantaranya adalah metabolisme tubuh yang terganggu, proses peredaran darah, bahkan bisa menyebabkan kematian karna terhentinya jantung saat memompa darah.”
“Air membantu untuk memperlancar sistem elektris agar otak dan sistem syaraf dapat berfungsi normal. Agar dapat berfungsi normal, sistem syaraf dan otak akan mengirimkan sinyal elektris. Para peneliti memperkirakan bahwa kemampuan elektris otak sebanding dengan bola lampu berkekuatan 60 watt.”
SELANJUTNYA, agar lebih singkat akan saya tunjukkan hal-hal yang mesti diperhatikan oleh guru berdasarkan kritik dan saran yang sengaja saya minta di akhir-akhir PPL ..
- selalu berpakaian rapi
- murah senyum/ramah/tidak mudah marah
- tidak terlalu serius/bercanda (games, cerita lucu, teka-taki)
- disiplin/datang tepat waktu
- tegas (terutama dalam peraturan yang sudah disepakati atau khusus untuk segolongan murid yang memang butuh diingatkan)
- tidak pilih kasih (maksudnya memberikan perhatian kepada seluruh siswa)
- menjelaskan materi dengan suara yang jelas agar terdengar oleh seluruh siswa
- menjelaskan dengan cara yang tepat, tidak terlalu cepat
- tidak pernah menyerah/patah semangat walaupun kelas susah diatur
- mau menasihati dan menegur siswa
- aktif membina seluruh siswa (misal dengan menanyai dan membantu setiap siswa dalam menjawab soal latihan)
- Special Cheat..hehe^^ :
- Ketika baru pertama kali masuk ke kelas yang sama sekali belum kita kenal.
Menghadapi siswa yang bermasalah
Jika respon siswa ketika kita masuk kelas sangat tidak beradab dan seolah-olah merendahkan kita. Saya biasa mencoba untuk merubah kondisi kelas menjadi tegang dengan menunjukkan kemarahan. Kejutkan mereka agar tenang dan tegang dengan memukul meja dengan keras.
Ketika mereka sudah tenang, mulailah untuk menceramahi mereka dengan mengatakan bahwa kita paham dengan apa yang mereka pikirkan tentang kita sebagai mahasiswa PPL. Ajak mereka untuk saling menghargai.
Katakan apa saja yang bisa membuat mereka berpikir bahwa kita dan mereka adalah rekan belajar. Kita bisa menceritakan pengalaman-pengalaman kita sewaktu SMA yang bisa menyamakan persepsi kita dengan siswa. Jika sudah cukup dengan ceramah kita, kita harus mengembalikan suasana kelas agar lebih bersahabat.
Terakhir kita bisa mengatakan, “Oke, kita lupakan masalah tadi. Mohon maaf kalo terlalu emosi”. Mulailah memasang senyum sahabat dan bersemangatlah laiknya seorang trainer yang atraktif. Panggil siswa yang paling nakal, paling rewel, paling lucu di kelas untuk maju ke depan dan berkenalan.
Jika ia lelaki, kita bisa menjabat tangannya atau memegang pundaknya agar lebih akrab. Minta mereka memperkenalkan dirinya menghadap ke siswa-siswa lain dengan cara yang harus ekspresif dan menghibur. Setelah itu kita bisa memperkenalkan diri kita.
Yakinkan siswa bahwa kita guru yang luar biasa yang juga dulu pernah menjadi siswa seperti mereka sehingga ada perasaaan yang sama antara guru dan siswa.
Selanjutnya terserah kita apakah ingin memberikan games atau bercerita sampai suasana kelas menjadi lebih hangat dan akrab. Jika pada pertemuan pertama kita sudah berhasil menunjukkan bahwa kita bisa marah sekaligus juga bisa menjadi guru yang hangat dan bersahabat, maka pada pertemuan selanjutnya akan lebih mudah bagi kita untuk mengelola kelas. Ditambah lagi di luar kelas kita tetap bisa menunjukkan kedekatan dengan mereka.
TERAKHIR PESAN SAYA PRIBADI ADALAH JADILAH DIRI SENDIRI. Tapi jika ternyata karakter kita tidak memungkinkankan kita untuk bisa mengajar dengan atraktif lebih baik tidak menjadi diri sendiri. Belajarlah dengan orang lain, dari buku-buku untuk menambah wawasan dan keterampilan kita. Intinya kita harus terus belajar agar cara kita bisa menjadi guru yang “asyik” di mata siswa.